Menanti Sang Messias
Sebuah penantian sang juru penyelamat, cukup melelahakan Bukan?
Mysterium Tremendum Et Fascinas (Misteri yang membekau dan menggetarkan) begitulah
ungakapan “Derrida”
Sebuah penantian sang juru penyelamat, cukup melelahakan Bukan?
Mysterium Tremendum Et Fascinas (Misteri yang membekau dan menggetarkan) begitulah
ungakapan “Derrida”
Hari ini indonesia di landa krisis kepercayaan masyarakat terhadap pemimpin negara.
Masyarakat mulai mengalami masa sekeptis. Sehingga muncul gerakan-grakan sekuler yang
mengancam keutuhan Negara NKRI dan UUD 1945. Agama di jadikan kendaraan politik
untuk saling hujat menghujat dan mengintimidasi kelompok yang lain.
Tema Agama dan Negara selalu menarik untuk kita diskusikan. Dalam Faith and knowledge.
Derrida menelusuri tema agama, kurban, doa, dan pengampunan. Agama dalam pandangan
dia banyak menggerakkan baik, perjuangan, kekuasaan, dan permainan penuh makna.
Pertanyaan dia apakah Iman penuh sederhana? Ia mengakhiri pertanyaannya apakah ada
pengampunan setelah Holocaust? “ korban tetap saja korban. Apakah iman dapat berarti di
hadapan kekejaman?. Saat Agama di jadiakan racun yang mampu membius masyakat Awam
apa gunanya Agama?
Kondisi negara kita mengingatkan sang penulis saat Derrida diamabang teologis, dia
berbicara tentang “mencari” dan “memberi”. Apa respon yang tepat bagi anugerah ?, kepada
siapa kita harus memberi?. Derrida kecewa dengan keberagamaan manusia, dia mengatakan “
Aku Tepatnya Dianggap Ateis”,
Dekontruksi Sang Messias
Derrida berbicara tentang Messias . seorang penyelamat dan pembebas yang akan datang.
“Massias” adalah yang lain, tak tergapai, cinta akan keadilan; kalau figur aktual tersebut
menjelama dalam daging, klaimnya akan terjadi malapetaka, karena ia akan menutup struktur
waktu dan sejarah, menghilangkan harapan , keinginan, dan penantian. Tidak akan ada lagi
masa depan, atau misteri sesuatu yang menarik. Ihwal kalau kita berbicara tentang Messias
yang akan datang, atau kerajaan allah (misalnya, Yes 11:6-9).
Gambaran yang dipaparkan oleh dia sudah menggambarkan kepada kita kalau kehidupan ini
akan lebih bermakana kalau semangat agama itu ada dalam tiap diri manusia. Tapi bukan
agama yang jadi penyebar bencana dan mencelakai sesama. Bahkan memerangi agama yang
ada diluar dirinya hanya untuk kepentingan Politik semata. Saat masyakat sadar bahwa Islam
buakanlah agama “Laknat” yang menebar bencana dan kerusakan, tapi islam harus dipahami
sebagai agama penebar kasih sayang dan Rohmat bagi segenap manusia, negara kita masih
menanti sosok yang mampu jadi juru penyelamat bagi kesesatan Ummat agar terhindar dari
mala petaka.
Oleh. Adi
0 komentar