Translate

Tuesday, December 13, 2016

Menanti Sang Messias

                                                               Menanti Sang Messias
                     Sebuah penantian sang juru penyelamat, cukup melelahakan  Bukan?
Mysterium Tremendum Et Fascinas (Misteri yang membekau dan menggetarkan) begitulah

ungakapan “Derrida”


Hari ini indonesia di landa krisis kepercayaan masyarakat terhadap pemimpin negara.

Masyarakat mulai mengalami masa sekeptis. Sehingga muncul gerakan-grakan sekuler yang

mengancam keutuhan Negara NKRI dan UUD 1945. Agama di jadikan kendaraan politik

untuk saling hujat menghujat dan mengintimidasi kelompok yang lain.


Tema Agama dan Negara selalu menarik untuk kita diskusikan. Dalam Faith and knowledge.

 Derrida menelusuri  tema agama, kurban, doa, dan pengampunan. Agama dalam pandangan

dia banyak menggerakkan baik, perjuangan, kekuasaan, dan permainan penuh makna.

Pertanyaan dia apakah Iman penuh sederhana?  Ia mengakhiri pertanyaannya apakah ada

pengampunan setelah Holocaust?  “ korban tetap saja korban. Apakah iman dapat berarti di

hadapan kekejaman?. Saat Agama di jadiakan racun yang mampu membius masyakat Awam

apa gunanya Agama?

Kondisi negara kita mengingatkan sang penulis saat Derrida diamabang teologis, dia

berbicara tentang  “mencari” dan “memberi”. Apa respon yang tepat bagi anugerah ?, kepada

siapa kita harus memberi?. Derrida kecewa dengan keberagamaan manusia, dia mengatakan “

Aku Tepatnya  Dianggap Ateis”,

Dekontruksi Sang Messias

Derrida berbicara tentang Messias . seorang penyelamat dan pembebas yang akan datang.

“Massias” adalah yang lain, tak tergapai, cinta akan keadilan;  kalau figur aktual tersebut

menjelama dalam daging, klaimnya akan terjadi malapetaka, karena ia akan menutup struktur

waktu dan sejarah, menghilangkan harapan , keinginan, dan penantian. Tidak akan ada lagi

masa depan, atau misteri sesuatu yang menarik. Ihwal kalau kita berbicara tentang Messias

yang akan datang, atau kerajaan allah  (misalnya, Yes  11:6-9).

Gambaran yang dipaparkan oleh dia sudah menggambarkan kepada kita kalau kehidupan ini

akan lebih bermakana kalau semangat agama itu ada dalam tiap diri manusia. Tapi bukan

agama yang jadi penyebar bencana dan mencelakai sesama. Bahkan memerangi agama yang

ada diluar dirinya hanya untuk kepentingan Politik semata. Saat masyakat sadar bahwa Islam

buakanlah agama “Laknat” yang menebar bencana dan kerusakan, tapi islam harus dipahami

sebagai agama penebar kasih sayang dan Rohmat bagi segenap manusia, negara kita masih

menanti sosok yang mampu jadi juru penyelamat bagi kesesatan Ummat agar terhindar dari

mala petaka.

Oleh.  Adi
Load disqus comments

0 komentar