Translate

Sunday, February 21, 2016

lGBT, Sebagai Realitas Sosial..?

LGB,T Sebagai Realitas Sosial..?
(Study atas pemikiran Foucault)

Membincang lesbian. Guy, Biseksual dan transgender (LGBT) yang baru menjamur di tubuh masyarakat. Merupakan perbincangan bangsa yang pantas untuk kita perhatikan. Untuk Membicarakan sexualitas dalam kerangka hasrat. Maka foucault dantang sebagai sosok postmodern yang datang dengan gagah membicarakan tentang hasrat dan kuasa pengetahuan. Dia akan mengupas cara membebaskan manusia dari kuasa/pengetahuan modern yang berupaya menaklukan tubuh. Selama ini hasrat dalam pandangan psikologi dan psikiatri adalah patologis. Menyatakan hasrat sexual sama dengan mengklasifikasikan diri sendiri dalam kategori ilmu psikologi dan psikiatri. kita butuh proyek sexualitas yang  dalam upaya membicarakan kasus LGBT.

Dalam pandangan sexualitas foucault memberikan pandngan benang merah. Dia membedakan antra hasrat dan kenikmatan. Hasrat bagi dia adalah peneguhan subyek melalui praktek sexual. Sedangkan kenikmatan adalah praktek sexual yang tidak memberikan batasan pada diri. Kenikmatan adalah sesuatu yang tidak bisa di klasifikasikan ia merupakan penemuan-penemuan yang tak bernama. Foucault menyebutnya dengan “ etos penulakan kreatif” terhadap hegemoni sexualitas modern.

Ketika kita mencoba membebaskan mereka dari tirani sexualitas maka dengan sendirinya kita sudah melepaskan diri mereka (LGBT) dari mendapatkan hasrat/kenikmatan. Pada dasarnya foucault melihat fenomena tersebut adalah merupakan proses “mengada' atau sebagai jalan hidup. Dengan bahasa lain kita tidak hanya melihat mereka dari homosex tapi kita melihat kemungkinan potensi yg dimiliki oleh mereka.

Dalam history of sexuality,  Foucault telah memikirkan suatu bentuk formasi sosial baru yang memungkinkan pasangan sejenis membangun hidup. Kemungkinan itu baginya ada pada ranah persahabatan. Diskursus homosexual dll telah di upayakan untuk dapat diakui dalam institusi seperti keluarga, Foucault memilih mengeksplorasi potensi persahabatan yang merupakan ranah kemungkinan yang masih terus bergerak, tempat dimana pola-pola relasi terus diuji cobakan.

Persahabatan sebagai jalan hidup, merupakan eksperimen Foucault untuk memberi jalan keluar dari tirani sexualitas yang terus “menghantui” relasi antar manusia, seperti yang kerap kali di dakwahkan oleh para pengikut “Freud”.
Sex bukanlah tempat kita menemukan kedirian atau self (sebagai perempuan/laki-laki/hetero/homo) melainkan relasi yang darinya kita mesti bertanya apa yang dapat dimungkinkan dari suatu model hubungan? Etika Foucaldian semacam ini, tentu saja tidak hanya berlaku dalam konteks pembebasan kaum homosexual, melainkan juga dalam relasi hetero sekalipun, karena hanya dengan begitu ia memungkinkan bagi suatu upaya pembebasan.

lGBT bukanlah sesuatu yang tabu, atau bahkan harus di larang. Tetapi hal ini menurut saya perlu mendapatkan perhatian yang seirus karena mereka juga adalah warga negara yang pantas mendapatkan hak perlidungan oleh negara

Menjadi persoalan kemudia, ketika negra kita ini jadi negra yang "kagetan", Melihat kemajmukan bangsa. Dalam mengatasi hal ini tentunya kita bukan akan membicarakan halal dan harom namun, bagaimana bangsa sepatutnya memberikan pelayanan yang sama teradap mereka baik di wilayah Domistik maupun konstruk sosial

Maslah LGBT ini sebenarnya dalah persoalan "point of few ". Atau bahkan saya bisa katakan hal ini power of knowlage. Artinya bagai mana pengetahuan kita mengkonstruk masalah LGBT. Hal ini tentunya banyak faktor yang bisa kita lihat pertama hal ini bisa saja karena "kospirasi" negara yang punya kepentingan.

kedua, kesalahan cara pandang tokoh menyikapi hal ini. Ketiga, adalah pihak yang mengalami permasalahan oreintasi sex terlalu menggebu-gebu menyuarakan haknya.

Keempat, orang LGBT sudah terpengaruh oleh negara-negara Yang sudah melegalkan LGBT. Yakni negra kita sekarang berada dalam kelinci percobaan. Maka menurut saya kita sebagai Mahasiswa harus cerdas membaca pesoalain ini. Terlepas ada pihak yang pro dan kontra.
 M. Adi
Penikmat sunyi

Load disqus comments

0 komentar