DEKONTRUKSI DAN TUHAN
Mysterium Tremendum
Et Fascinas(misteri yang membekau dan menggetarkan) begitulah ungakapan “Derrida”
Saat
Derrida diamabang teologis, dia berbicara tentang “mencari” dan “memberi”. Apa respon yang
tepat bagi anugrah ?, kepada siapa kita harus memberi?. Lalu dia menulis tentang “Mysterium
Tremendum Et Fascinas “ tersebut. ia memberikan pandangan pada teolog yang masih
punya rasa iman tentang misteri yang menggetarkan dan menggerakkan.
Walaupun
disisi lain Derrida juga pernah mengatakan “ aku tepatnya dianggap ateis”,
tapi kami masih menaruh kecurigaan pada dia apakah pernyataan itu tepat ataukah
hanya unggkapan dia semata melihat realitas ummat beragama yang semakin
semberawut. Yang semakin tidak jelas mana orang yang beragama dan tidak.
Dalam
Faith and knowledge. Derrida menelusuri tema agama, kurban, doa, dan pengampunan. Agama
dalam pandangan dia banyak mempunayai pengaruh, perjuangan, kekuasaan, dan
permainan penuh makna. Pertanyaan dia apakah iman penuh sederhana? Ia mengahiri pertanyaannya apakah ada
pengampunan setelah Holocaust? “ korban
tetap saja korban. Apakah iman dapat berarti di hadapan kekejaman? , ia
sendiri memebiarkan kemungkianan adanya
allah. Tapi tidaka ada super bahasa yang mampu berbicara pada kita tentang
allah, atau yang di dalamnya kita meneriama pesan allah: hanya bahasa kita
cukupkah itu?
Dekontruksi Sang
Messias
Derrida
berbicara tentang Messias . seorang penyelamat dan pembebas yang akan datang. “Massias”
adalah yang lain, tak tergapai, cinta akan keadilan; kalau figur aktual tersebut menjelama dalam
daging, klaimnya akan terjadi malapetaka, karena ia akan menutup struktur waktu
dan sejarah, menghilangkan harapan , keinginan, dan penantian. Tidaka akan ada lagi
masa depan, atau mesteri sesuatu yang menarik. Ihwal kalau kita berbicara
tentang Messias yang akan datang, atau kerajaan allah (misalnya, Yes
11:6-9)
Kalau
juru penyelamat itu telah menjelama jadi sosok manusia dan kehidupan ini berjalan dengan sangat damai. Akankah kehudpan ini akan menraik seperti ini,
jiaka manusia telah memenuhi semua kewajiban mereka, dan struktur alam sudah
berjalan setebil. Akankah ada semangat
hidup?. Hal ihwal demikian sudah sempat di bicarakan oleh Derrida.
Gambaran
yang paparkan oleh dia sudah menggambarkan apada kita kalau kehidupan ini akan
lebih bermakana kalau semangat agama itu ada dalam tiap diri manusia. Tapi bukan
agama yang jadi penyebar bencana dan mencelakai sesama agamanya atau bahkan
memerangi agama yang ada diluar dirinya. Kata Derrida kalau seperti itu lebih
baik dianggap tidak beragama kalau kita beragama hanya menebarkan perpecahan
dan kehancuran.
Oleh.
M. Adi sang pecinta sunyi
0 komentar