Translate

Monday, February 10, 2014

“Kenapa Fakum Di Media”


“Kenapa Fakum Di Media”
OLEH: M.ADI
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yogyakarta
Fakultas Usuluddin Aqidah dan Filsafa

Setelah sekian lama aku fakum menulis di Media, teman-teman seperjuanganku banyak yang bertanya kenapa aku harus berhenti menulis di Media?. Pertanyaan itu selalu menghampiriku tiap bertemu dengan mereka. Namun aku sering kali tidak menghiraukan dan bahkan memalingkan pertanyaan itu pada yang lain
.
Disela-sela kesibukanku menjadi mahasiswa tentunya aku dihadapkan dengan berbagai kesibukan dan pemikiran baru. Namun hal itu seharusnya tidak menjadi alasan kenapa akau harus berhenti menulis di Media. Di sisi yang lain, temanku sering berkata kemampuan kita menulis itu di ukur sejauh mana tulisan kita menembus Media. Karena tulisan yang terbaiklah yang tentunya akan dipilih oleh Media, aku hanya dapat menjawab “Ia”. Saat aku mulai pindah dan berpijak di bumi Yogyakarta aku telah memilih jalanku untuk tidak menulis di Media.
Pilahanku itu, tentunya akan menuai banyak pertayaan. Namun apa daya hidup ini tergantung pada pilihan kita. Kita yang bisa menentukan jalan kita masing-masing. Kedengarannya sangat berbeda mungkin dan berbanding terbalik ketika aku pindah ketempat Kota Pendidikan dan kota Penulis ini malah akau memilih untuk tidak aktif menulis di media.
Entahlah namun akau sadar betul bahwa berbicara pemikiran tentunya lebih luas di jogja ketimbang daerah lain yang pernah aku jumpai. Aku sebenrnya tidak dapat mengilak bahwa kehidupan ini sudah semakin kompleks. Pemikiran yang lebih besar menurutku haruslah berasal dari yang besar pula. Lain halnya dengan mereka yang mengaggap bahwa hal besar itu berangkat dari hal-hal kecil. Aku sadar benar bahwa tidak ada yang salah dalam semua pandangan.
Sehingga di sela-sela kesibukanku menjdi mahasiswa aku sempat menulis pemikiran Mechel Foucault pimikir eropa yang telah menurehkan pemikirannya abad 19-20. Pemikirannya dalam dunia politik dan agama sangat nyintrik dan menarik bagiku.
Namun aku tidak tahu apa tulisan itu besok apa sempat aku bukukan ataukah dia hanya akan berhenti di 99 halaman seperti yang telah aku tulis sekarang. Pemirannya bagiku dapat memberikan nuansa baru, walau dia sering di anggap seorang Homu bagiku tidak masalah.
Pemikiran bergelindan dalam pemikiranku dan tetap seperti apa yang aku pahami dia akan selalu awet sesuai dengan konteks zamannya. Namun bukan berarti dengan tulisan itu juga menjadi alasan yang kuat bagiku untuk benrhenti menulis di Media. Bukan juga karena kesibukanku dalam kuliah itu semata aku lakukan hanya ingin diriku tidak terikat seperti teman-teman yang aktif di media. Aku butuh kebebasan diri untuk mengekspresikan diriku.
Hanya itu yang ingin aku rasakan tidak lebih, karena bagiku kebebasan itu sangat penting ntuk mencetak krakterku yang sebenarnya. Bukanlah bebas yang aku pahami bebas tampa batas kerena setiap kebebasab itu mengandaikan adanya aturan.
     
Load disqus comments

1 komentar: