“Kenapa Fakum Di Media”
OLEH: M.ADI
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yogyakarta
Fakultas Usuluddin Aqidah dan Filsafa
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yogyakarta
Fakultas Usuluddin Aqidah dan Filsafa
Setelah sekian lama aku fakum menulis di Media, teman-teman
seperjuanganku banyak yang bertanya kenapa aku harus berhenti menulis di Media?.
Pertanyaan itu selalu menghampiriku tiap bertemu dengan mereka. Namun aku
sering kali tidak menghiraukan dan bahkan memalingkan pertanyaan itu pada yang
lain
.
.
Disela-sela kesibukanku menjadi mahasiswa tentunya aku dihadapkan
dengan berbagai kesibukan dan pemikiran baru. Namun hal itu seharusnya tidak
menjadi alasan kenapa akau harus berhenti menulis di Media. Di sisi yang lain,
temanku sering berkata kemampuan kita menulis itu di ukur sejauh mana tulisan
kita menembus Media. Karena tulisan yang terbaiklah yang tentunya akan dipilih
oleh Media, aku hanya dapat menjawab “Ia”. Saat aku mulai pindah dan berpijak
di bumi Yogyakarta aku telah memilih jalanku untuk tidak menulis di Media.
Pilahanku itu, tentunya akan menuai banyak pertayaan. Namun apa
daya hidup ini tergantung pada pilihan kita. Kita yang bisa menentukan jalan
kita masing-masing. Kedengarannya sangat berbeda mungkin dan berbanding
terbalik ketika aku pindah ketempat Kota Pendidikan dan kota Penulis ini malah
akau memilih untuk tidak aktif menulis di media.
Entahlah namun akau sadar betul bahwa berbicara pemikiran tentunya lebih
luas di jogja ketimbang daerah lain yang pernah aku jumpai. Aku sebenrnya tidak
dapat mengilak bahwa kehidupan ini sudah semakin kompleks. Pemikiran yang lebih
besar menurutku haruslah berasal dari yang besar pula. Lain halnya dengan
mereka yang mengaggap bahwa hal besar itu berangkat dari hal-hal kecil. Aku sadar
benar bahwa tidak ada yang salah dalam semua pandangan.
Sehingga di sela-sela kesibukanku menjdi mahasiswa aku sempat
menulis pemikiran Mechel Foucault pimikir eropa yang telah menurehkan
pemikirannya abad 19-20. Pemikirannya dalam dunia politik dan agama sangat
nyintrik dan menarik bagiku.
Namun aku tidak tahu apa tulisan itu besok apa sempat aku bukukan
ataukah dia hanya akan berhenti di 99 halaman seperti yang telah aku tulis
sekarang. Pemirannya bagiku dapat memberikan nuansa baru, walau dia sering di
anggap seorang Homu bagiku tidak masalah.
Pemikiran bergelindan dalam pemikiranku dan tetap seperti apa yang
aku pahami dia akan selalu awet sesuai dengan konteks zamannya. Namun bukan
berarti dengan tulisan itu juga menjadi alasan yang kuat bagiku untuk benrhenti
menulis di Media. Bukan juga karena kesibukanku dalam kuliah itu semata aku
lakukan hanya ingin diriku tidak terikat seperti teman-teman yang aktif di
media. Aku butuh kebebasan diri untuk mengekspresikan diriku.
Hanya itu yang ingin aku rasakan tidak lebih, karena bagiku
kebebasan itu sangat penting ntuk mencetak krakterku yang sebenarnya. Bukanlah bebas
yang aku pahami bebas tampa batas kerena setiap kebebasab itu mengandaikan
adanya aturan.
1 komentar: