Translate

Monday, February 10, 2014

Gerakan Moderen Islam Di Indonesia

OLEH: M.ADI
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yogyakarta
Fakultas Usuluddin Agidah dan Filsafa
Gerakan Moderen Islam Di Indonesia
(Deliar Noer)
BAB I
PENDAHULUAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kami hidayah dan inayahnya, juga berkatnya kita bisa menapaki alam yang terang benerang yakni dengan adanya Addinul Islam Wal-Iman yang telah dia berikan. Yang kedua kaliya Solawat dan juga Slam semoga tetap mengalir deras pada Nabi Muhammad junjungan orang seluruh alam.
Tulisan ini adalah merupakan tugas resume yang di berikan oleh Bapak Sofiyullah dan Tugas ini juga adalah upaya kami untuk meresum Buku Deliar Noer yang tebalnya 336. Buku tersebut adalah merupakan disertasi Deliar Noer di uneversitas cornell ithaca, N.Y Amerika Serikat. Secara garis besar buku dia akan mengupas empat tema pokok yang akan dia bahas.

Pertama, dia akan membahas. Asal usul dan pertumbuhan gerakan moderen Islam; gerakan pendidikan dan sosisal
Kedua, Membahas Asal Usul Pertumbuhan Gerkan Moderen Islam: Gerakan Politik Sarekat                  Islam
Ketiga, Membahas Reaksi Belanda
Keempat, Reaksi Kalanagan Tradisi Dan Kebangsaan Terhadap Belanda



BAB II
PEMBAHASAN
1 Asal-usul dan pertumbuhan gerakan moderen Islam: gerakan pendidikan dan sosial.
Ketika kita berbibcara mengenai munculnya gerakan Islam semenjak berdirinya Islam yaitu meliputi dua aspek yaitu agama itu sendiri dan msyarakat. Islam tidak pernah memisahkan anta persoalan duniawi dan persoalan ukhrowi tapi Islam menckup kedua-duanya. Karena hukum Islam telah mengatur Hablum Minan Nash dan Hablum Minallah.
Di indonesia gerakan Islam dapat tercermin dalam pemilihan umum pertama pada tahun 1955. Pada pemilihan tersebut muncul empat partai besar yaiut: partai Nasional Indonesia   dengan jumlah 8,5  juta (22,3%). Masjumi dengan 8juta suara (20,9%), Nadlatu Ulama dengan 7 juta suara (18,4%)dan partai Komunis Indonesia dengan 6,1 juta suara (16,4%). Keempat partai  berturut-turut memperoleh 57,57,45 dan 39 kursi di perlemin yang terdiri 257 orang anggota. Semua partai diatas terserbut adalah merupakan suatu kenyataan bahwa gerakan Islam telah menjadi warna yang sangat tampak dalam kancah politik walau tidak semuanya beragam Islam, namun 95% adalah beragama Islam itu menurut sensus 1970.
Juga adalah merupakan suatu kenyataan bahwa gerakan Islam telah tumbuh bersar. Menelaah kembali perkembanagan organisasi dalam bidang sosial dan pendidikan dapat di katakan bahwa setiap organisasi tersebut mempunyai krakteristik yang berbeda kerena dia telah di bentuk oleh golongan dan lingkungan yang berbeda pula. Seperti berdirnya Jamiat Khair di jakarta organisasi tersebut berdiri di mulai oleh keperluan pendidikan dalam masyarakat. berdiriynya Jamiat Khair sebenarnya lebih didorong oleh pertimbangan-pertimbangan praktis dari pada kesadaran filosofis ataupun agama. Ini adalah merupakan cerminan dari keengganan pendirinya dari ketertinggalan  dari kemajuan yang di capai oleh orang-orang barat. yaitu oleh orang-orang Belanda dan Cina yag juga telah mendiarikan organisasi sosial dikalangan mereka. Pendirian  Hollan Chinese School (HCS) pada tahun 1909 oleh pemerintah Belanda dianggap bukti yang sangat nampak adanya diskriminasi orang Islam indonesia. Dan juga berdirinya Hollands  Inlandse Schoool (HIS) 1914 juga menimbulkan kekecewaan sanagat besar dalam masyarakat indonesia.
Pada umumnya sekolah yang didirikan oleh pemeirintah Belanda di indonisia adalah merupakan sekolah yang di dalamnya tidak ada ajaran keagamaan sehingga hal tsebut memicu keresahan masyarakat pribumi untuk mendirikan lembga sekoalah yang ada pelajaran keagamaanya. Organisasi Islam yang ada di Yogyakarta pada saat itu juga di tentanag oleh kehadaira kristen yang ada disana. Daerah yang biasanya ada di bawah kekuasaan raja-raja pribumi , yaitu Sultan dan Sunan dianggap mereka pelindung agama Islam oleh maysrakat kristen yang ada disana. Melihat gerakan yang demikian organisasi Islam yang ada di Yogyakarta melancarkan kegiatan-kegiatan sosial yang berwawasan keagamaan. Pihak Muhammadiyah berusaha menghentikana missi bejata yang di lakukan  oleh orang di luar Islam tersebut.
Gerakan Muhammadiyah yang ada di yogyakarta tersebut juga menjadi pemicu gerakan di minangkabau  dan di majalengka adalah yang memicu gerakan disana juga akibat tidak adanya pelajaran-pelajaran Agama di skolah yang didirikan oleh pemerintah . apa yang di sebut politik neteral terahadap agama di sekolah-sekolah pemerintah, akan meyebabkan murid-murid tidak tahu tentang kegamaan dan kepercayaan. Oleh sebah itu hal tersebut akan melahirkan” emansipasi orang-orang indonesia dari Islam”  hal ini juga menyababkan terjalinya hubungan Muhmmad Dahlan dengan guru-guru dari seolah-sekolah pemeirintah Yogyakarta. Hubungan Hajji Abdullah Ahmad di Padang dan Syaikh Djamil Djabek di bukit tiggi dengan murid-urid Mulo dan sekolah guru. Dan hubungan Hassan di Bandung dengan guru-guru setempat.
2 Asal-usul Pertumbuhan Gerakan Moderen Islam: Gerakan Politik Sarekat Islam
Sarekat Islam lahir di solo pada tanggal 11 november 1912 Sarekat Islam tumbuh dari organisasi yang mendahuluinya yaitu Sarekat Dagang Islam. Ada dua sebab mengapa organisasi ini didirikan pertama adanya kompetisi yang meningkat dalam perdangan batik terutama dengan golongan Cina, dan sikap superioritas orang-ornga Cina terhdap orang indonesia sehubungan dengan berhsilnya revolusi Cina di tahu 1911. Di kelompok kecil orang-orang Islam di indonesia yang di pelopori oleh Tamar Djaja mengemukakan bahwa Sarekat Dagang Islam didirikan pada tanggal 16 oktober 1905, dan Sarekat Islam persis setahun kemudian.
Pendiri Sarekat Daganag Islam Haji Samanhoeddin mengemukakan pendapat yang sama perti diatas. Kelompok tersbut menuntut agar 16 Oktober 1905 haruslah diakui sebagai permulaan kebangkitan nasional indonesia , bukan pada tanggal 20 mei 1908 hari berdiriya Budi utomo dalam tahun 1956 di jakarta mereka memperingati ulang tahun ke-51 gerakan nasional indonesia dan pada kesempatan itu Samanhoeddhin dan Harsono Tjokroaminoto, seorang tokoh dari PSII, yang pada waktu itu juga jadi wakil perdana mentri hadir.
Preode pertama dari sarekat Islam ditandai oleh perhataian terhadap masalah-maslah organisasi,termasuk didalamnya mencari pinpinan , penyesunan anggaran dasar dan hubungan organisasi pusat dengan organisasi daerah.penyelesaiannya yang cukup berhasil dalam tiga masalah ini menybabkan Serekat Islam berjalan dengan lancar sampai mencapai puncaknnya  pada preode 1916-1921. Anggaran dasar pertama bertanggal 11 November 1911 dirumuskan oleh Raden Mas Tirtoadisurjo yang pada masa itu termsuk orang indonesia yang memperoleh pendidikan yang lumayan. Dia adalah termsuk dari lulusan sekolah administrasi pemerintah Belanda bernama OSVIA. Ia aktif  dalam pers di antara lain menerbitkan majalah Medan Prijaji di Bogor. Ia juga mendirikan organisasi Dagang bernama  Sarekat Dagang Islamiyah di Bogor tahun 1911. Alasan ia mendirikan organisasi tersebut sebagai berikut” Tiap-tiap orang mengetahuilah bahwa masa yang sekarang ini dianggapnya Zaman Kemajua. Haruslah sekarang kita berhaluan: janganlah hendaknya mencari kemajuan itu Cuma dengan suara saja. Bagi kita kaum Muslimin adalah di pikulkan wajib juga akan turut mencapai tujuan itu.
Dalam anggaran darsar Sarekat Islam tujuan organisasi tersebut mengemukakan: akan berikhtiar, supaya angota-angotanya satu sama lain bergaul seperti saudara  dan supaya timbullah kerukunan dan tolong menolong satu sama lain antara sekalian kaum Muslimin, dan lagi dengan segala daya upaya yang halal dan tidak menyalahi  wet-wet negeri (Surakarta) dan wet-wet gouvernement ,.. berikhtiar mengangkat derajat rakyat agar  menimbulkan kemakmuran, kesejahteraan dan kebesaran negeri.
Tapi rasiden surakarta segera membekukan Sarekat Islam setelah organisasi itu berkembang pesat kedaerah-daerah lain di pulau jawa dan setelah kegiatan-kegiatan anggotanya meningkat di solo  tanpa dapat diawasi oleh pemerintah setempat. Perkelahian terus-menerus terjadi dengan golongan Cina. Sebuah pemogokan di lancarkan oleh pekerja-pekerja di perkebunan Krapyak di Mangkunegara pada permulaan bulan Agustus 1912. Kedua macam kerusuhan ini oleh pihak penguasa disebabkan oleh Sarekat Islam, kemudian pembekuan tersebut di cabut kembali  pada tanggal 26 Agustus 1912 dengan syarat anggran dasarnya di ubah sedemikian rupa, sehingga ia hanya terbatas pada daerah surakrta saja.      
3 Reaksi Belanda
Melihat pertumbuhan gerakan Islam tentunya Belanda tidak tinggal diam begitu saja. Pada reaksi Belanda ini kita  akan mengenal apa yang namanya politik etis pemerintah yang tidak melihat indonesia semata-mata sebagai daerah yang di eksploitasi demi keperluan negeri Belanda saja. melainkan juga untuk kemakmuran warga negra indonesia. Politik etis merupakan penetrasi kepentingan politik mereka di indonesia. Dalam hubungan ini naiknya jepang sebagai kekkuatan penting di belahan dunia juga mereupakan tekanan yang tidak langsung agar memulai politk etis juga, disamping itu di negeri Belanda terdapat banyak kecaman terhadap politik liberal yang di jalankan di indonesia.
Sikap Belanda terhdap Islam tidak tetap disuatu sisi Islam dilihat sebagai agama. Tapi disisi lain pihak Belanda lebih memeberikan peluang besar terhadap  kalangan missionaris kristen termasuk juga bantuan uang. Pemerintah juga banyak melarang missioanaris Islam menyebarkan ajaranya di di daerah yang masih punya paham anemis sedangkan missionaris kristen leluasa masuk. Pemerintah Belanda juga membiarkan segala penghinaan yang di lontarkan oleh kristen terhadap Islam. Sebaliknya tulisan Islam yang menyinggung kristen sempat dibungkam.
Pada masa ini politik liberal juga mulai dilancarkan,  indonesia merupakan masa eksploitasi oleh perusahaan-perusahaan suwasta,setelah di hentikanya sistem tanam paksa   (cultuurstelsel) pada tahun 1870-an.  Kecaman tadi terutama datang dari pihak sosialis Belanda. Mereka antara lain menganggap bahwa jutaan rupiah yang di perloeh sebagai hasil politik liberal tersebut mereupakan “ hutang budi”  yang harus di bayar oleh pihak Belanda kapada indonesia. Kecaman terhadap politik liberal Belanda memunculkan beberapa istilah baru yaitu diantaranya. Pertama Unifikasi mereupakan suatau istilah hukum dan bukan merupakan pengertian tentanag hubugan sosial pada umunya. Mulainya pengertian unifikasi berarti dihapusnya peraturan-peratuaran yang berbeda bagi daerah yang bermacam-macam seperti umpamanya tentang struktur hukum, proses hukum dan pajak. Setelah tahuan 1900 istilah itu mulai mengandung suatu usaha untuk mendirikan suatu sistem legislatif  seperti dalam bidang-bidang administrasi kepegawaian, pendidikan, pajak dan sebagainya untuk semua golongan penduduk, baik eropa maupun indonesia, dengan didasarkan pada ukuran yag  berlaku bagi golongan Eropa.
Asimilasi dan asosiasi mempunyai dua pengertian: kadang-kadang keduanya mempunyai arti yang sama dengan unifikasi, yaitu bahwa semua penduduk apapun asal usulnya tunduk pada peraturan yang sama. istialah-istialah itu bisa juga berarti usaha membuat semua peraturan-peraturan klionial di daerah jajahan sama atau dianggap sama dengan apa yang berlaku di negeri penjajah. Keperluan hidia akan di penuhi degan syarat-syarat barat.
Asosiasi lebih memeperlihatkan corak klonial. Ia mengandung maksud  bagaimana meningkat negri jajahan dengan negrai penjajah. Dalam hubungan ini kebudayaan dianggap merupakan sarana yang sangat efektif manfaat kebudyaan negri penjajah akan terbuka untuk dipergunakan oleh negeri yang di jajah tanpa mengabaikan kebudayaan negri yang di jajah ini. Tetapi perlu di perhatikan bahwa istilah tersebut tidak perlu berarti sama dengan unifikasi atau persamaan semua peraturan untuk semua golongan penduduk, seprti umpamanya perlunya uniformitas dalam peraturan. Sebab di pahami bahwa uniformitas seprti ini hanya dapat di terima kalau di jalankan melalui proses yang wajar sedangkan pendukung-pendudkung asosiasi menolak perubahan yang  dipaksakan
Pemikiran tentang hubungan klonial seperti diatas tidak pernah di realisasikan secara penuh di indonesia dan seperti kita lihat dalam bab I, tercatat perbedaan dalam hukum bagi berbagai kalangan penduduk di indonesia, sehingga unifikasi dan asimilasi lebih merupakan soal  yang mendapat minat dari para ahli, dan bukan dari masyarakat umum. Asosiasi sebagai kebijaksanaan yang di perjuangkan ilmuan Belanda Christiaan Snouck Hurgrunge, mendapat tempat hanya pada beberapa gelintir orang Belanda dan idonesia saja, teruma mereka yang berafiliasi dengan perkumpulan Nidirlandsch Indiche Vrijzinningen bond (satuan kaum liberal hindia Belanda).
Yang di persoalkan oleh Snouck Hurgronje ialah bagaimana menghadapi soal islam. Hal ini mudah dipahami karena Islam telah memperlihatkan semangat perjuangannya di indonesia dalam bentuk pemberontakan dan perlawanan terhadap penetrasi pihak Belanda di berbagai wilyah negeri ini. snouck hurgronje mengamati bahwa walaupun Islam di indonesia banyak tertutup oleh lapisan kepercayaan lain seperti keprcyaan animisme dan hindu, orang-orang Islam di negri ni pada waktu itu mengaggap agama mereka sebagai alat pengikat yag kuat. Yang membedakan mereka dari orang-orang yang bukan Islam yang mereka anggap sebgai “ orang asing”. Walaupun begitu , demikian snouck hurgronje, orang Islam indonesia lebih memperhatikan persoalan Islam sebagai agama dalam pengertian yang sempit (sepeti perkawinan, hubungan keluarga, peraturan yang berkenaan dengan warist), sedangkan aspek politik dan sosial dari agama Islam kurang mendapat perhatian, oleh sebab itu pemikiran penkristenan banyak terdapat dalam kalangan mereka yang merumuskan dan merencanakan politik pemerintahan politik Belanda, semangat perjuangan orang Islam itu mungkin saja muncul : politik pengkristenan akan menyebabkan orang islam lebih terdorong untuk memahami aspek politik dari ajaran agama mereka. Oleh sebaba itu sokongan terhadap misi dalam wilayah  yang kuat Islamnya akan memungkinkan penduduk wilayah itu lebih merasa asing terhadap Belanda.oleh sebab itu snouck hurgronje menasehatkan pemerintah Belanda agar memberi perhatian yang sangat kepada pendidikan dan pengajaran orang Islam indonesia tanpa menghubungkannya dengan persoalan pengkristenan. Cara ini katanya akan “ memajukan (mengemansiapasi)” . mereka “ dari sistem Islam”.  Cara ini akan menyampaikan orang indonesia menerima kebudayaan Belanda, yaitu kebudayanan barat. dan menumbuhkan pula pengertian yang lebih baik di antara mereka terhadap oranag-orang Belanda.
Katanya adalah dalam “asosiasi penduduk pribumi dengan kebudayaan Belanda terletak pemecahan persoalan Islam”. Cara ini akan “ menghapuskan perbedaan yang di jumpai dalam aspek politik dan sosial karena kepercyaan agama (yang berbeda). snouck hurgronje menambahkan lagi bahwa asosiasi itu akan”  menghilangkan cita-cita pan-Islam  dari segala kekuatannya”. Secara tak langsuang cara tersebut akan bermanfaat bagi penyebaran agama kristen sendiri, katanya lagi, sebab pelaksanaan politik asosiasi itu ahirnya akan memudahakan pekerjaan missi oleh sebab missi ini akan” dapat lebih menumbuhkan pengertian pada kalangan penduduk pribumi yang telah kena asosiasi itu terhdapa mereka”
tetapi politik etis rupanya tidaklah sesabar snouck hurgronje dalam hal pengkristenan. Politik etis tidak mengendurkan kegiatan missionaris agar memberi jalan bagi prose asosiasi yang di sarankan oleh ilmuan Belanda tersebut . dalam hubungan ini pernyataan kerajaan Belanda dalam tahun 1901 yang memperkenalkan politik etis itu merupakan suatu bukti nyata pendiskriminasian terhadap Islam.
Sebagai bangsa kristen , Belanda mempunyai kewajiban untuk memperbaiki keadaan orang-orang kristen pribumi di daerah kepualauan nusantara, memberikan bantuan lebih banyak pada kegiatan missi kristen, dan memberikan penerangan kepada segenap petugas bahwa Belanda mempunyai kewajiban muril terhadap penduduk wilayah itu.      
4 Reaksi Kalanagan Tradisi Dan Kebangsaan
Golongan tradisi dalam menghadapi hal ini tidak hanya bersikap statis, mulanya dengan mengorganisasi diri dalam Nahdlatu Ulama 1926 dan persatuan islmiyah 1929, mereka menandakan perubahan dalam sekolah yang meraka dirikan dengan memeperkenalkan sistem kelas dan kurikulum mereka mencontoh kalangan modern dalam berpropaganda, seperti mengadakan Tabligh bukan hanya di Masjid-masjid tetapi juga di tempat lain mereka juga menerbitkan majalah dan brosur.
Kiyai haji Hasyim As’ari pendiri Nanhdlatul ulama  dalam edaranya 1935 dan kiyai Mahfud Siddiq ketua umum organisasi ini menyatakan dalam tulisanya harus kita munggunakan ijtihad dalam batas tertentu, pada umumnya masalah perbedaan ini muncul dalam maslah furu’sedangkan dalam hala pokok usul mereka sepaham, oleh sebab itu, tahun 1935 mereka mulai bersru perlu adanya persatuan, dengan mengemukakan perlunya toleransi, pada saat itu pula terjadi adanya pengakuan bersama bahawa Islam meliputi soal agama maupun soal-soal masyarakat. termasuk politik, hal ini sangat kelihatan setelah terbentuknya Majlis Islam A’laa Indonesia yang terbentuk  tahun 1938 merupakan organisasi yang didikung oleh golongan Islam moderen dan tradisi.
MIAI tidak dapat meneutup diri semata-mata hanya dalam urusan agama, maka sekitar1940 perluasan mengenai pegertian Islam  dari bidang agama kebidang sosial dan politik telah sama-sama di jumpai baik oleh kalangan moderen maupun tradisi. Mereka sama-sama mengadakan tuntutan dan kegiatan poltik.
Mengenai hubungan dengan Mejlis Rakyat Indonesia dan hubungan poltik indonesia dijumpai perbedaan pendapat dikalangan organisasi Islam beberpa bulan sebelum jepang masuak keindonesia tahun 1941  Sarikat Islam keluar dari dua organisasi tersebut pada bulan Desember 1941, sedangkan organisasi Islam lainnya masih berafiliasi degannya. Tapi afiliasi ini disertai catatan bahwa tidak menyetujui tindakan  MRI dan GPI yang memberikan dukungan penuh kepada Belanda. Sehubungan dengan perang fasisifik. Gocangan yang lahir dari MRI dan GPI ini tidak menggoncangkan golongan moderen dan tradisi, namun berselang kemudian persatuan in tidaklah dapat dikatakan bertahan kuat kerena pada tahun 1942 jepang menyerang dan berhasil menduduki indonesia.
Hubungan antara kalangan moderen Islam dan kalangan yang netral agama sehingga pada tahun 1927 terbentuk partai Nasioanal Indonesia namun berdirinya gerakan ini cukup singkat kerena pada tahun 1931 gerakan ini di bubarkan karena pukulan pemerintah, tapi paham-pahamnya di teruskan oleh paham lain. Seperti partai indonesia, Pendidikan Nsional Indonesia dan partai Indonesia Raya; semua menGambil sikap netral terhadap agama
Sebelum kompetisi kepeminpinan datanga dari mereka yang memperjuagkan aliran jawa seperti Budi Utomo, atau aliran komunis, alairan jawa ini tidak mampu menjdikan Islam sebagai pengikat kesatuan antar  berbagai golongan. Kerena alasan yang sedrhana aliran ini pokoknya hanya beriakpa sparatis saja terhadap kaum muslimin jawa ia juga kurang menarik, bayak diaantara orang-orang Islam yang saleh tidak mau menghentikan hubungannya dengan orang isalam lain di luar jawa.
Walaupun komunisme dapat memcahakan Sarekat Islam ia tidak berhasil mengambil alih kepeminpinan dari Sarekat Islam, sebagai akibat yang dilancarkan oleh organisasi-organisasi Islam sebgian pula kerena pukulan pemrintah 1927. Golongan nasionalis merupakan hasil sistem pendidikan Belanda yang ada di idonesia, terutama pemikiran Snouck Hurgronje memajukan “Emansipasi”. Walaupu pemikiran mereka yang kebrat-baratan ini bukan saja karena latar belakang pendidikan mereka semata , melainkan juga karena pemikiran politik mereka yang bersifat sekuler tanpa penyertaan dan penghayatan terhdap agama.
Dalam rangka pembagian antara golongan putihan dan abangan dapat dikatakan bahwa para intelektual tersebut termasuk abangan. Golongan moderen Islam telah telah menggoncangkan aliran tradisi dengan seruan mereka memurnikan praktek dan pemikiran Islam  serta dengan usaha mereka memegang kekuasaan politik  golongan kebangsaan malah pula memepertanyakan dan mencela beberapa ajaran Islam.
Lebih serius lagi permalahan ini terjadi antara perbedaan pendapat antara Mohammad Natsir dari persatuan Islam dan partai Islam indonesia  dengan Sukarno dari PNI masalah yang mereka persoalkan ialah hubungan agama dan negara, Sokarno dan kawan-kawannya yang netral agma  memeperlihatkan persamaan pendapatnya dengan pendapat umum yang berlaku di barat. Sokarno juga mengatakan bahwa agama adalah soal manusia secara pribadi. Untuk dia akal dan bukan ajaran agama yang merupakan penilaian terahir.  Dia tidak setuju dengan seruan kaum moderen yang mengatakan harus kembali pada al-qur’an dan al-hadist. Menurut dia al-quran dan hadist itu harus di iterpretasi dengan keadaan yang sesuai dengan akal.

 Hal tersebut tidak di terima oleh Natsir, pemahaman tersebut bertolak belakang dengan islam yang mengenai segala segi hidup dan bahwa Islamlah yang harus di jadikan ukuran terahir. Namun dari pergoklakan  kedua tersebut tidak memunculkan polemik yang terlalu akut mereka dapat menjalin kerja sama yang inten yaitu untuk menumbangkan penjajahan Belanda di nusantara ini sehingga pada ahirnya dua kubu kalangan nasionalis dan kalangan Islam yang netral agama dapat menumbangkan kekuasaan Belanda pada tahun 1945.
Load disqus comments

0 komentar