OLEH: M.ADI
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yogyakarta
Fakultas Usuluddin Agidah dan Filsafa
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yogyakarta
Fakultas Usuluddin Agidah dan Filsafa
Gerakan Moderen Islam Di Indonesia
(Deliar Noer)
BAB I
PENDAHULUAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kami hidayah dan
inayahnya, juga berkatnya kita bisa menapaki alam yang terang benerang yakni
dengan adanya Addinul Islam Wal-Iman yang telah dia berikan. Yang kedua
kaliya Solawat dan juga Slam semoga tetap mengalir deras pada Nabi
Muhammad junjungan orang seluruh alam.
Tulisan ini adalah merupakan tugas resume yang di berikan oleh Bapak
Sofiyullah dan Tugas ini juga adalah upaya kami untuk meresum Buku Deliar Noer yang
tebalnya 336. Buku tersebut adalah merupakan disertasi Deliar Noer di
uneversitas cornell ithaca, N.Y Amerika Serikat. Secara garis besar buku dia
akan mengupas empat tema pokok yang akan dia bahas.
Pertama, dia akan
membahas. Asal usul dan pertumbuhan gerakan moderen Islam; gerakan pendidikan
dan sosisal
Kedua, Membahas Asal
Usul Pertumbuhan Gerkan Moderen Islam: Gerakan Politik Sarekat Islam
Ketiga, Membahas
Reaksi Belanda
Keempat, Reaksi
Kalanagan Tradisi Dan Kebangsaan Terhadap Belanda
BAB II
PEMBAHASAN
1 Asal-usul dan pertumbuhan gerakan moderen Islam: gerakan
pendidikan dan sosial.
Ketika kita berbibcara mengenai munculnya gerakan Islam semenjak
berdirinya Islam yaitu meliputi dua aspek yaitu agama itu sendiri dan
msyarakat. Islam tidak pernah memisahkan anta persoalan duniawi dan persoalan
ukhrowi tapi Islam menckup kedua-duanya. Karena hukum Islam telah
mengatur Hablum Minan Nash dan Hablum Minallah.
Di indonesia gerakan Islam dapat tercermin dalam pemilihan umum
pertama pada tahun 1955. Pada pemilihan tersebut muncul empat partai besar
yaiut: partai Nasional Indonesia dengan
jumlah 8,5 juta (22,3%). Masjumi dengan
8juta suara (20,9%), Nadlatu Ulama dengan 7 juta suara (18,4%)dan partai Komunis
Indonesia dengan 6,1 juta suara (16,4%). Keempat partai berturut-turut memperoleh 57,57,45 dan 39
kursi di perlemin yang terdiri 257 orang anggota. Semua partai diatas terserbut
adalah merupakan suatu kenyataan bahwa gerakan Islam telah menjadi warna yang
sangat tampak dalam kancah politik walau tidak semuanya beragam Islam, namun 95%
adalah beragama Islam itu menurut sensus 1970.
Juga adalah merupakan suatu kenyataan bahwa gerakan Islam telah
tumbuh bersar. Menelaah kembali perkembanagan organisasi dalam bidang sosial
dan pendidikan dapat di katakan bahwa setiap organisasi tersebut mempunyai
krakteristik yang berbeda kerena dia telah di bentuk oleh golongan dan
lingkungan yang berbeda pula. Seperti berdirnya Jamiat Khair di jakarta
organisasi tersebut berdiri di mulai oleh keperluan pendidikan dalam
masyarakat. berdiriynya Jamiat Khair sebenarnya lebih didorong oleh
pertimbangan-pertimbangan praktis dari pada kesadaran filosofis ataupun agama.
Ini adalah merupakan cerminan dari keengganan pendirinya dari ketertinggalan dari kemajuan yang di capai oleh orang-orang
barat. yaitu oleh orang-orang Belanda dan Cina yag juga telah mendiarikan
organisasi sosial dikalangan mereka. Pendirian
Hollan Chinese School (HCS) pada tahun 1909 oleh pemerintah Belanda dianggap
bukti yang sangat nampak adanya diskriminasi orang Islam indonesia. Dan juga
berdirinya Hollands Inlandse Schoool (HIS)
1914 juga menimbulkan kekecewaan sanagat besar dalam masyarakat indonesia.
Pada umumnya sekolah yang didirikan oleh pemeirintah Belanda di indonisia
adalah merupakan sekolah yang di dalamnya tidak ada ajaran keagamaan sehingga
hal tsebut memicu keresahan masyarakat pribumi untuk mendirikan lembga sekoalah
yang ada pelajaran keagamaanya. Organisasi Islam yang ada di Yogyakarta pada
saat itu juga di tentanag oleh kehadaira kristen yang ada disana. Daerah yang
biasanya ada di bawah kekuasaan raja-raja pribumi , yaitu Sultan dan Sunan dianggap
mereka pelindung agama Islam oleh maysrakat kristen yang ada disana. Melihat
gerakan yang demikian organisasi Islam yang ada di Yogyakarta melancarkan
kegiatan-kegiatan sosial yang berwawasan keagamaan. Pihak Muhammadiyah berusaha
menghentikana missi bejata yang di lakukan oleh orang di luar Islam tersebut.
Gerakan Muhammadiyah yang ada di yogyakarta tersebut juga menjadi
pemicu gerakan di minangkabau dan di
majalengka adalah yang memicu gerakan disana juga akibat tidak adanya
pelajaran-pelajaran Agama di skolah yang didirikan oleh pemerintah . apa yang
di sebut politik neteral terahadap agama di sekolah-sekolah pemerintah, akan
meyebabkan murid-murid tidak tahu tentang kegamaan dan kepercayaan. Oleh sebah
itu hal tersebut akan melahirkan” emansipasi orang-orang indonesia dari Islam” hal ini juga menyababkan terjalinya hubungan Muhmmad
Dahlan dengan guru-guru dari seolah-sekolah pemeirintah Yogyakarta. Hubungan Hajji
Abdullah Ahmad di Padang dan Syaikh Djamil Djabek di bukit tiggi dengan
murid-urid Mulo dan sekolah guru. Dan hubungan Hassan di Bandung dengan
guru-guru setempat.
2 Asal-usul Pertumbuhan Gerakan Moderen Islam: Gerakan Politik
Sarekat Islam
Sarekat Islam lahir di solo pada tanggal 11 november 1912 Sarekat Islam
tumbuh dari organisasi yang mendahuluinya yaitu Sarekat Dagang Islam. Ada dua
sebab mengapa organisasi ini didirikan pertama adanya kompetisi yang
meningkat dalam perdangan batik terutama dengan golongan Cina, dan sikap
superioritas orang-ornga Cina terhdap orang indonesia sehubungan dengan
berhsilnya revolusi Cina di tahu 1911. Di kelompok kecil orang-orang Islam di
indonesia yang di pelopori oleh Tamar Djaja mengemukakan bahwa Sarekat Dagang Islam
didirikan pada tanggal 16 oktober 1905, dan Sarekat Islam persis setahun
kemudian.
Pendiri Sarekat Daganag Islam Haji Samanhoeddin mengemukakan
pendapat yang sama perti diatas. Kelompok tersbut menuntut agar 16 Oktober 1905
haruslah diakui sebagai permulaan kebangkitan nasional indonesia , bukan pada
tanggal 20 mei 1908 hari berdiriya Budi utomo dalam tahun 1956 di jakarta
mereka memperingati ulang tahun ke-51 gerakan nasional indonesia dan pada
kesempatan itu Samanhoeddhin dan Harsono Tjokroaminoto, seorang tokoh dari
PSII, yang pada waktu itu juga jadi wakil perdana mentri hadir.
Preode pertama dari sarekat Islam ditandai oleh perhataian terhadap
masalah-maslah organisasi,termasuk didalamnya mencari pinpinan , penyesunan
anggaran dasar dan hubungan organisasi pusat dengan organisasi
daerah.penyelesaiannya yang cukup berhasil dalam tiga masalah ini menybabkan Serekat
Islam berjalan dengan lancar sampai mencapai puncaknnya pada preode 1916-1921. Anggaran dasar pertama
bertanggal 11 November 1911 dirumuskan oleh Raden Mas Tirtoadisurjo yang pada
masa itu termsuk orang indonesia yang memperoleh pendidikan yang lumayan. Dia
adalah termsuk dari lulusan sekolah administrasi pemerintah Belanda bernama
OSVIA. Ia aktif dalam pers di antara
lain menerbitkan majalah Medan Prijaji di Bogor. Ia juga mendirikan organisasi Dagang
bernama Sarekat Dagang Islamiyah di Bogor
tahun 1911. Alasan ia mendirikan organisasi tersebut sebagai berikut” Tiap-tiap
orang mengetahuilah bahwa masa yang sekarang ini dianggapnya Zaman Kemajua.
Haruslah sekarang kita berhaluan: janganlah hendaknya mencari kemajuan itu Cuma
dengan suara saja. Bagi kita kaum Muslimin adalah di pikulkan wajib juga akan
turut mencapai tujuan itu.
Dalam anggaran darsar Sarekat Islam tujuan organisasi tersebut
mengemukakan: akan berikhtiar, supaya angota-angotanya satu sama lain bergaul
seperti saudara dan supaya timbullah
kerukunan dan tolong menolong satu sama lain antara sekalian kaum Muslimin, dan
lagi dengan segala daya upaya yang halal dan tidak menyalahi wet-wet negeri (Surakarta) dan wet-wet
gouvernement ,.. berikhtiar mengangkat derajat rakyat agar menimbulkan kemakmuran, kesejahteraan dan
kebesaran negeri.
Tapi rasiden surakarta segera membekukan Sarekat Islam setelah
organisasi itu berkembang pesat kedaerah-daerah lain di pulau jawa dan setelah
kegiatan-kegiatan anggotanya meningkat di solo
tanpa dapat diawasi oleh pemerintah setempat. Perkelahian terus-menerus
terjadi dengan golongan Cina. Sebuah pemogokan di lancarkan oleh
pekerja-pekerja di perkebunan Krapyak di Mangkunegara pada permulaan bulan Agustus
1912. Kedua macam kerusuhan ini oleh pihak penguasa disebabkan oleh Sarekat Islam,
kemudian pembekuan tersebut di cabut kembali
pada tanggal 26 Agustus 1912 dengan syarat anggran dasarnya di ubah
sedemikian rupa, sehingga ia hanya terbatas pada daerah surakrta saja.
3 Reaksi Belanda
Melihat pertumbuhan gerakan Islam tentunya Belanda tidak tinggal
diam begitu saja. Pada reaksi Belanda ini kita akan mengenal apa yang namanya politik etis
pemerintah yang tidak melihat indonesia semata-mata sebagai daerah yang di
eksploitasi demi keperluan negeri Belanda saja. melainkan juga untuk kemakmuran
warga negra indonesia. Politik etis merupakan penetrasi kepentingan politik
mereka di indonesia. Dalam hubungan ini naiknya jepang sebagai kekkuatan
penting di belahan dunia juga mereupakan tekanan yang tidak langsung agar
memulai politk etis juga, disamping itu di negeri Belanda terdapat banyak
kecaman terhadap politik liberal yang di jalankan di indonesia.
Sikap Belanda terhdap Islam tidak tetap disuatu sisi Islam dilihat
sebagai agama. Tapi disisi lain pihak Belanda lebih memeberikan peluang besar
terhadap kalangan missionaris kristen
termasuk juga bantuan uang. Pemerintah juga banyak melarang missioanaris Islam
menyebarkan ajaranya di di daerah yang masih punya paham anemis sedangkan
missionaris kristen leluasa masuk. Pemerintah Belanda juga membiarkan segala
penghinaan yang di lontarkan oleh kristen terhadap Islam. Sebaliknya tulisan Islam
yang menyinggung kristen sempat dibungkam.
Pada masa ini politik liberal juga mulai dilancarkan, indonesia merupakan masa eksploitasi oleh
perusahaan-perusahaan suwasta,setelah di hentikanya sistem tanam paksa (cultuurstelsel) pada tahun 1870-an. Kecaman tadi terutama datang dari pihak
sosialis Belanda. Mereka antara lain menganggap bahwa jutaan rupiah yang di
perloeh sebagai hasil politik liberal tersebut mereupakan “ hutang budi” yang harus di bayar oleh pihak Belanda kapada
indonesia. Kecaman terhadap politik liberal Belanda memunculkan beberapa
istilah baru yaitu diantaranya. Pertama Unifikasi mereupakan suatau istilah
hukum dan bukan merupakan pengertian tentanag hubugan sosial pada umunya. Mulainya
pengertian unifikasi berarti dihapusnya peraturan-peratuaran yang berbeda bagi
daerah yang bermacam-macam seperti umpamanya tentang struktur hukum, proses
hukum dan pajak. Setelah tahuan 1900 istilah itu mulai mengandung suatu usaha
untuk mendirikan suatu sistem legislatif
seperti dalam bidang-bidang administrasi kepegawaian, pendidikan, pajak
dan sebagainya untuk semua golongan penduduk, baik eropa maupun indonesia,
dengan didasarkan pada ukuran yag
berlaku bagi golongan Eropa.
Asimilasi dan asosiasi mempunyai dua pengertian: kadang-kadang
keduanya mempunyai arti yang sama dengan unifikasi, yaitu bahwa semua penduduk
apapun asal usulnya tunduk pada peraturan yang sama. istialah-istialah itu bisa
juga berarti usaha membuat semua peraturan-peraturan klionial di daerah jajahan
sama atau dianggap sama dengan apa yang berlaku di negeri penjajah. Keperluan
hidia akan di penuhi degan syarat-syarat barat.
Asosiasi lebih memeperlihatkan corak klonial. Ia mengandung
maksud bagaimana meningkat negri jajahan
dengan negrai penjajah. Dalam hubungan ini kebudayaan dianggap merupakan sarana
yang sangat efektif manfaat kebudyaan negri penjajah akan terbuka untuk
dipergunakan oleh negeri yang di jajah tanpa mengabaikan kebudayaan negri yang
di jajah ini. Tetapi perlu di perhatikan bahwa istilah tersebut tidak perlu berarti
sama dengan unifikasi atau persamaan semua peraturan untuk semua golongan
penduduk, seprti umpamanya perlunya uniformitas dalam peraturan. Sebab di
pahami bahwa uniformitas seprti ini hanya dapat di terima kalau di jalankan
melalui proses yang wajar sedangkan pendukung-pendudkung asosiasi menolak
perubahan yang dipaksakan
Pemikiran tentang hubungan klonial seperti diatas tidak pernah di realisasikan
secara penuh di indonesia dan seperti kita lihat dalam bab I, tercatat perbedaan
dalam hukum bagi berbagai kalangan penduduk di indonesia, sehingga unifikasi
dan asimilasi lebih merupakan soal yang
mendapat minat dari para ahli, dan bukan dari masyarakat umum. Asosiasi sebagai
kebijaksanaan yang di perjuangkan ilmuan Belanda Christiaan Snouck Hurgrunge,
mendapat tempat hanya pada beberapa gelintir orang Belanda dan idonesia saja,
teruma mereka yang berafiliasi dengan perkumpulan Nidirlandsch Indiche
Vrijzinningen bond (satuan kaum liberal hindia Belanda).
Yang di persoalkan oleh Snouck Hurgronje ialah bagaimana menghadapi
soal islam. Hal ini mudah dipahami karena Islam telah memperlihatkan semangat
perjuangannya di indonesia dalam bentuk pemberontakan dan perlawanan terhadap
penetrasi pihak Belanda di berbagai wilyah negeri ini. snouck hurgronje
mengamati bahwa walaupun Islam di indonesia banyak tertutup oleh lapisan kepercayaan
lain seperti keprcyaan animisme dan hindu, orang-orang Islam di negri ni pada
waktu itu mengaggap agama mereka sebagai alat pengikat yag kuat. Yang membedakan
mereka dari orang-orang yang bukan Islam yang mereka anggap sebgai “ orang
asing”. Walaupun begitu , demikian snouck hurgronje, orang Islam indonesia lebih
memperhatikan persoalan Islam sebagai agama dalam pengertian yang sempit
(sepeti perkawinan, hubungan keluarga, peraturan yang berkenaan dengan warist),
sedangkan aspek politik dan sosial dari agama Islam kurang mendapat perhatian,
oleh sebab itu pemikiran penkristenan banyak terdapat dalam kalangan mereka
yang merumuskan dan merencanakan politik pemerintahan politik Belanda, semangat
perjuangan orang Islam itu mungkin saja muncul : politik pengkristenan akan
menyebabkan orang islam lebih terdorong untuk memahami aspek politik dari
ajaran agama mereka. Oleh sebaba itu sokongan terhadap misi dalam wilayah yang kuat Islamnya akan memungkinkan penduduk
wilayah itu lebih merasa asing terhadap Belanda.oleh sebab itu snouck hurgronje
menasehatkan pemerintah Belanda agar memberi perhatian yang sangat kepada
pendidikan dan pengajaran orang Islam indonesia tanpa menghubungkannya dengan
persoalan pengkristenan. Cara ini katanya akan “ memajukan (mengemansiapasi)” .
mereka “ dari sistem Islam”. Cara ini akan
menyampaikan orang indonesia menerima kebudayaan Belanda, yaitu kebudayanan barat.
dan menumbuhkan pula pengertian yang lebih baik di antara mereka terhadap
oranag-orang Belanda.
Katanya adalah dalam “asosiasi penduduk pribumi dengan kebudayaan Belanda
terletak pemecahan persoalan Islam”. Cara ini akan “ menghapuskan perbedaan
yang di jumpai dalam aspek politik dan sosial karena kepercyaan agama (yang
berbeda). snouck hurgronje menambahkan lagi bahwa asosiasi itu akan” menghilangkan cita-cita pan-Islam dari segala kekuatannya”. Secara tak langsuang
cara tersebut akan bermanfaat bagi penyebaran agama kristen sendiri, katanya
lagi, sebab pelaksanaan politik asosiasi itu ahirnya akan memudahakan pekerjaan
missi oleh sebab missi ini akan” dapat lebih menumbuhkan pengertian pada
kalangan penduduk pribumi yang telah kena asosiasi itu terhdapa mereka”
tetapi politik etis rupanya tidaklah sesabar snouck hurgronje dalam
hal pengkristenan. Politik etis tidak mengendurkan kegiatan missionaris agar
memberi jalan bagi prose asosiasi yang di sarankan oleh ilmuan Belanda tersebut
. dalam hubungan ini pernyataan kerajaan Belanda dalam tahun 1901 yang
memperkenalkan politik etis itu merupakan suatu bukti nyata pendiskriminasian
terhadap Islam.
Sebagai bangsa kristen , Belanda mempunyai kewajiban untuk
memperbaiki keadaan orang-orang kristen pribumi di daerah kepualauan nusantara,
memberikan bantuan lebih banyak pada kegiatan missi kristen, dan memberikan
penerangan kepada segenap petugas bahwa Belanda mempunyai kewajiban muril
terhadap penduduk wilayah itu.
4 Reaksi Kalanagan Tradisi Dan Kebangsaan
Golongan tradisi dalam menghadapi hal ini tidak hanya bersikap
statis, mulanya dengan mengorganisasi diri dalam Nahdlatu Ulama 1926 dan persatuan
islmiyah 1929, mereka menandakan perubahan dalam sekolah yang meraka dirikan dengan
memeperkenalkan sistem kelas dan kurikulum mereka mencontoh kalangan modern dalam
berpropaganda, seperti mengadakan Tabligh bukan hanya di Masjid-masjid
tetapi juga di tempat lain mereka juga menerbitkan majalah dan brosur.
Kiyai haji Hasyim As’ari pendiri Nanhdlatul ulama dalam edaranya 1935 dan kiyai Mahfud Siddiq ketua
umum organisasi ini menyatakan dalam tulisanya harus kita munggunakan ijtihad
dalam batas tertentu, pada umumnya masalah perbedaan ini muncul dalam maslah
furu’sedangkan dalam hala pokok usul mereka sepaham, oleh sebab itu, tahun 1935
mereka mulai bersru perlu adanya persatuan, dengan mengemukakan perlunya
toleransi, pada saat itu pula terjadi adanya pengakuan bersama bahawa Islam
meliputi soal agama maupun soal-soal masyarakat. termasuk politik, hal ini sangat
kelihatan setelah terbentuknya Majlis Islam A’laa Indonesia yang terbentuk tahun 1938 merupakan organisasi yang didikung
oleh golongan Islam moderen dan tradisi.
MIAI tidak dapat meneutup diri semata-mata hanya dalam urusan
agama, maka sekitar1940 perluasan mengenai pegertian Islam dari bidang agama kebidang sosial dan politik
telah sama-sama di jumpai baik oleh kalangan moderen maupun tradisi. Mereka sama-sama
mengadakan tuntutan dan kegiatan poltik.
Mengenai hubungan dengan Mejlis Rakyat Indonesia dan hubungan
poltik indonesia dijumpai perbedaan pendapat dikalangan organisasi Islam
beberpa bulan sebelum jepang masuak keindonesia tahun 1941 Sarikat Islam keluar dari dua organisasi
tersebut pada bulan Desember 1941, sedangkan organisasi Islam lainnya masih berafiliasi
degannya. Tapi afiliasi ini disertai catatan bahwa tidak menyetujui
tindakan MRI dan GPI yang memberikan
dukungan penuh kepada Belanda. Sehubungan dengan perang fasisifik. Gocangan
yang lahir dari MRI dan GPI ini tidak menggoncangkan golongan moderen dan
tradisi, namun berselang kemudian persatuan in tidaklah dapat dikatakan
bertahan kuat kerena pada tahun 1942 jepang menyerang dan berhasil menduduki
indonesia.
Hubungan antara kalangan moderen Islam dan kalangan yang netral
agama sehingga pada tahun 1927 terbentuk partai Nasioanal Indonesia namun
berdirinya gerakan ini cukup singkat kerena pada tahun 1931 gerakan ini di
bubarkan karena pukulan pemerintah, tapi paham-pahamnya di teruskan oleh paham
lain. Seperti partai indonesia, Pendidikan Nsional Indonesia dan partai Indonesia
Raya; semua menGambil sikap netral terhadap agama
Sebelum kompetisi kepeminpinan datanga dari mereka yang memperjuagkan
aliran jawa seperti Budi Utomo, atau aliran komunis, alairan jawa ini tidak
mampu menjdikan Islam sebagai pengikat kesatuan antar berbagai golongan. Kerena alasan yang
sedrhana aliran ini pokoknya hanya beriakpa sparatis saja terhadap kaum muslimin
jawa ia juga kurang menarik, bayak diaantara orang-orang Islam yang saleh tidak
mau menghentikan hubungannya dengan orang isalam lain di luar jawa.
Walaupun komunisme dapat memcahakan Sarekat Islam ia tidak berhasil
mengambil alih kepeminpinan dari Sarekat Islam, sebagai akibat yang dilancarkan
oleh organisasi-organisasi Islam sebgian pula kerena pukulan pemrintah 1927.
Golongan nasionalis merupakan hasil sistem pendidikan Belanda yang ada di
idonesia, terutama pemikiran Snouck Hurgronje memajukan “Emansipasi”. Walaupu
pemikiran mereka yang kebrat-baratan ini bukan saja karena latar belakang
pendidikan mereka semata , melainkan juga karena pemikiran politik mereka yang
bersifat sekuler tanpa penyertaan dan penghayatan terhdap agama.
Dalam rangka pembagian antara golongan putihan dan abangan dapat
dikatakan bahwa para intelektual tersebut termasuk abangan. Golongan moderen Islam
telah telah menggoncangkan aliran tradisi dengan seruan mereka memurnikan
praktek dan pemikiran Islam serta dengan
usaha mereka memegang kekuasaan politik golongan kebangsaan malah pula memepertanyakan
dan mencela beberapa ajaran Islam.
Lebih serius lagi permalahan ini terjadi antara perbedaan pendapat
antara Mohammad Natsir dari persatuan Islam dan partai Islam indonesia dengan Sukarno dari PNI masalah yang mereka
persoalkan ialah hubungan agama dan negara, Sokarno dan kawan-kawannya yang
netral agma memeperlihatkan persamaan
pendapatnya dengan pendapat umum yang berlaku di barat. Sokarno juga mengatakan
bahwa agama adalah soal manusia secara pribadi. Untuk dia akal dan bukan ajaran
agama yang merupakan penilaian terahir.
Dia tidak setuju dengan seruan kaum moderen yang mengatakan harus
kembali pada al-qur’an dan al-hadist. Menurut dia al-quran dan hadist itu harus
di iterpretasi dengan keadaan yang sesuai dengan akal.
Hal tersebut tidak di terima
oleh Natsir, pemahaman tersebut bertolak belakang dengan islam yang mengenai
segala segi hidup dan bahwa Islamlah yang harus di jadikan ukuran terahir. Namun
dari pergoklakan kedua tersebut tidak
memunculkan polemik yang terlalu akut mereka dapat menjalin kerja sama yang
inten yaitu untuk menumbangkan penjajahan Belanda di nusantara ini sehingga
pada ahirnya dua kubu kalangan nasionalis dan kalangan Islam yang netral agama
dapat menumbangkan kekuasaan Belanda pada tahun 1945.
0 komentar