Sepotong Surat Kopi Untuk Pacarku
''Besabarlah wahai engkau bidadari yang kupuja, aku masih di
warung Kopi”
Sayang,
janganlah pasang wajah kusutmu itu di depanku, ketika aku menjawab jujur
pertanyaanmu bahwa aku sedang di warung kopi. Berhentilah mengomel dan tetaplah
duduk manis, bersabar menunggu aku pulang dari rutinitas ngopiku, setelah aku
pulang nanti, akan aku ceritakan tentang keistimewaan kopi. Kamu harus tahu
bahwa banyak tokoh-tokoh jenius yang kita pelajari gagasan dan karyanya, lahir
dari kopi. mereka banyak membuat karya yang menyanjung kopi, seakan-akan
mengucapkan terimakasih pada kopi yang telah menumbuhkan inspirasi. mengelu-elukan
layaknya penyanjungan terhadap agama dan keimanan mereka sendiri, seperti salah
satu tokoh sastrawan kita, joko pinurbo namanya, puisinya berjudul Surat Kopi,
nanti akan aku bacakan secara lantang didepanmu.
Lima
menit menjelang minum kopi
Aku
ingat pesanmu: “Kurang atau lebih,
setiap
rezeki perlu dirayakan dengan secangkir kopi.”
Munkin
karena itu empat cangkir kopi sehari
Bisa menjauhkan kepala dari bunuh diri.
Kau punya bermacam-macam kopi dank au pernah
bertanya: “kau mau pilih kopi yang mana? Aku jawab: “Aku pilih kopimu.”
Dimataku
telah lahir mata kopi.
Di
waktu kecil aku pernah diberi ibu cium rasa kopi.
Apakah
putting susu juga mengandung kopi?
Kopi:
nama yang tertera pada sebuah nama. Namaku.
Burung
menumpahkan kicaunya kedalam kopi.
Matahari
mencurahkan matanya ke hitam kopi.
Dan kopi meruapkan harum darah dari lambungmu.
Tiga
teguk yang akan dating aku bakal mencecap hangat darahmu di bibir cangkir
kopiku.
Penghujung
2015
Sayang,
perhatikanlah betapa istimewanya minuman pahit yang satu ini, yang banyak
menginspirasi banyak manusia, sehingga
sastrawanpun bisa melahirkan kata-kata indah dari cangkir berisi kopi yang
dicecapnya. Munkin cecapan itu menghanyutkannya, atau apalah, akupun tidak
mengerti, munkin saja ia mencecap cangkir itu dengan mata terpejam, dan
perlahan kopi didalam cankirnya disruput, sehingga ketika ia kembali membuka
matanya keluar begitu saja kata “dimataku telah lahir mata kopi”, ia teringat niat
bunuh diri yang sempat terbesit dikepalanya lima menit yang lalu karena hidup
yang kian absurdi, mulai dari persoalan pribadi, keluarga, desa, Negara, dan
istana Negara, atau apalah. Lagi-lagi aku tidak mengerti, maka terlontar dari
bibirnya “empat cangkir kopi sehari bisa menjauhkan kepala dari bunuh diri”
lalu disusun dari kata perkata, sehingga menjadi puisi yang utuh dan indah.
Perasaan seperti yang diungkapakan itu bisa terjadi pada kita penikmat kopi,
munkin karena kandungan yang ada di dalam kopi tersebut, seperti yang dikatakan
oleh biolog kita dari hasil penelitiannya: di dalam kopi ada kandungan kafein
yang mampu merangsang otak sehingga penikmatnya bisa lebih sigap, mempercepat
daya pikir serta mengusir lelah dan bosan. Maka pantaslah Joko Pinurbo
mengatakan seperti itu. Tetapi, Jauh sebelum kopi melahirkan joko pinurbo,
sanjungan pada kopi telah terlontar dari dari guru-guru kita, yang pembahasannya
tidak kalah detail dengan guru-guru mutakhir kita tentang kopi, salah satunya
yang aku ketahui dan bisa aku ceritakan padamu adalah Kyai Ihsan Jampes dengan
syair-syairnya dalam kitab Irsyad
Al-Ikhwan fi Bayan Al-Hukm Al-Qahwah wa Ad-Dukhan. Dalam karya tersebut,
beliau membahas secara panjang lebar tentang kopi, munkin beliau ingin membela
diri, sebagi penikmat berat kopi, terhadap mereka yang tidak sepakat dengan
unsure kenikmatan di dalam kopi, dan dengan tidak adilnya menfatwakan haram
kopi. Kyai Ihsan Jampes megatakan dalam kitabnya yang dikutip dari Hasyiyah Al-Asybah karangan Imam
ar-Ramli, bahwa argumentasi pengharaman kopi sama sekali kosong. ungkapan ini
munkin cukup menohok pembenci kopi, munkin juga kamu, sayang,
Sayang,
ketahuilah sungguh banyak cerita-cerita manusia yang lahir dari kopi ini
sayang, cerita revolusi perancis, yang awal gerakannnya dari tongkrongan warung
kopi. Boleh saja kamu tercengang dan mengkerutkan dahi tidak percaya dengan
cerita ini, aku tahu, sepintas munkin akan timbul dalam pikiranmu rasa ketidak
sepakatan, bahkan munkin kamu akan menganggap cerita ini hanyalah bualan
sejarawan, mana munkin gagasan revolusi
berawal dari orang-orang yang sukanya hanya nongkrong diwarung kopi. Tapi
begitulah adanya, saying. faktanya memang begitu, dan itu masuk akal.
Sayang,
warung kopi itu menyimpan nilai-nilai tersendiri, terlepas dari nilai-nilai yang ada di luar itu, segala
macam kreativitas lahir disana, mulai dari seni, intelektual, sampai politik.
Kopi memang memabukkan, tapi bagaimanapun kopi adalah kenikmatan tanpa dosa,
sayang. Kopi tidak seperti kenikmatan yang ada dalam bir atau obat-obatan yang
membuat penikmatnya hilang akal. Sebaliknya, kenikmatan kopi justru
membangkitkan spirit pencandunya. Sungguh hebat, bukan?
Yang
lebih hebat lagi. Indonesia sebagai salah satu dari empat Negara penghasil kopi
terbesar, tidak lama ini telah berhasil menembus pasar eropa dalam
partisipasinya pada event The Nordic
World Of Coffe yang di gelar di Gothenburg, swedia. Kopi indonesia disambut
baik oleh orang-orang eropa. Bentuk sambutan itu dibuktikan dengan dibelinya
kopi Arabica gayo oleh perusahaan Jerman seharga 261 ribu dollar AS per 54 ton.
Tentu kita perlu member uplos untuk hasil buah yang tumbuh ditanah kita ini,
sayang. Kopi kita dengan berbagai macam
kenikmatannya, tumbuh dari tanah indonesia yang pada awal mulanya ditemukan di
dataran ethopia oleh seorang pengembala, lalu berkembang menjadi suatu kultur
tersendiri pada masyarakat, dan dibawa ke indonesia oleh tentara portugis,
sehingga akhirnya dijadikan dalih penjajahan pada bangsa kita. Sekarang kopi menjadi salah satu bagian dari kekayaan
yang dimiliki indonesia, yang tentunya tidak banyak dimemiliki Negara lain,
maka patutlah kita mensyukuri itu dengan cara menikmati kopi, sayang. Seperti
yang dikatakan lagi-lagi oleh joko pinurbo: “Setiap Rezeki perlu dirayakan
dengan secangkir kopi”
Kecup
hangat bibirmu berawal dari kopi hitam yang bercampur manis di seduh dengan
makna cinta yang mendalam. Sayang tidakkah engkau sadar akan hal itu. Betapa
kayanya negeri ini dengan kopi. Tapi di mana kopiku kopi kita sekrang.? Ayo
ceritakan tentang kopi itu padaku. di tengah heningnya malam ini di tengah
keluh kesah tentang kegundahan hatimu. Tidakkah kamu sadar bahwa keegoisanmu
tidak akan mampu memecah lautan dan membelah tingginya gunung. tidakkah kamu
berpikir tentang itu. Janganlah kamu larut dalam keangkuhan, ayo bersabarlah
menyambutku menyambut cinta yang baru datang dari secangkir kopi.
M. Adi “Penikmat Sunyi”
Yogyakarta. 27.
Desember 2015
0 komentar