Translate

Saturday, December 26, 2015

Sepotong Surat Kopi Untuk Pacarku



Sepotong Surat Kopi Untuk Pacarku




''Besabarlah wahai engkau bidadari yang kupuja, aku masih di warung Kopi”
 


Sayang, janganlah pasang wajah kusutmu itu di depanku, ketika aku menjawab jujur pertanyaanmu bahwa aku sedang di warung kopi. Berhentilah mengomel dan tetaplah duduk manis, bersabar menunggu aku pulang dari rutinitas ngopiku, setelah aku pulang nanti, akan aku ceritakan tentang keistimewaan kopi. Kamu harus tahu bahwa banyak tokoh-tokoh jenius yang kita pelajari gagasan dan karyanya, lahir dari kopi. mereka banyak membuat karya yang menyanjung kopi, seakan-akan mengucapkan terimakasih pada kopi yang telah menumbuhkan inspirasi. mengelu-elukan layaknya penyanjungan terhadap agama dan keimanan mereka sendiri, seperti salah satu tokoh sastrawan kita, joko pinurbo namanya, puisinya berjudul Surat Kopi, nanti akan aku bacakan secara lantang didepanmu.
Surat Kopi
Lima menit menjelang minum kopi
Aku ingat pesanmu: “Kurang atau lebih,
setiap rezeki perlu dirayakan dengan secangkir kopi.”

Munkin karena itu empat cangkir kopi sehari
Bisa menjauhkan kepala dari bunuh diri.
Kau punya bermacam-macam kopi dank au pernah bertanya: “kau mau pilih kopi yang mana? Aku jawab: “Aku pilih kopimu.”
Dimataku telah lahir mata kopi.
Di waktu kecil aku pernah diberi ibu cium rasa kopi.
Apakah putting susu juga mengandung kopi?

Kopi: nama yang tertera pada sebuah nama. Namaku.

Burung menumpahkan kicaunya kedalam kopi.
Matahari mencurahkan matanya ke hitam kopi.
 Dan kopi meruapkan harum darah dari lambungmu.

Tiga teguk yang akan dating aku bakal mencecap hangat darahmu di bibir cangkir kopiku.
Penghujung 2015
Sayang, perhatikanlah betapa istimewanya minuman pahit yang satu ini, yang banyak menginspirasi  banyak manusia, sehingga sastrawanpun bisa melahirkan kata-kata indah dari cangkir berisi kopi yang dicecapnya. Munkin cecapan itu menghanyutkannya, atau apalah, akupun tidak mengerti, munkin saja ia mencecap cangkir itu dengan mata terpejam, dan perlahan kopi didalam cankirnya disruput, sehingga ketika ia kembali membuka matanya keluar begitu saja kata “dimataku telah lahir mata kopi”, ia teringat niat bunuh diri yang sempat terbesit dikepalanya lima menit yang lalu karena hidup yang kian absurdi, mulai dari persoalan pribadi, keluarga, desa, Negara, dan istana Negara, atau apalah. Lagi-lagi aku tidak mengerti, maka terlontar dari bibirnya “empat cangkir kopi sehari bisa menjauhkan kepala dari bunuh diri” lalu disusun dari kata perkata, sehingga menjadi puisi yang utuh dan indah. Perasaan seperti yang diungkapakan itu bisa terjadi pada kita penikmat kopi, munkin karena kandungan yang ada di dalam kopi tersebut, seperti yang dikatakan oleh biolog kita dari hasil penelitiannya: di dalam kopi ada kandungan kafein yang mampu merangsang otak sehingga penikmatnya bisa lebih sigap, mempercepat daya pikir serta mengusir lelah dan bosan. Maka pantaslah Joko Pinurbo mengatakan seperti itu. Tetapi, Jauh sebelum kopi melahirkan joko pinurbo, sanjungan pada kopi telah terlontar dari dari guru-guru kita, yang pembahasannya tidak kalah detail dengan guru-guru mutakhir kita tentang kopi, salah satunya yang aku ketahui dan bisa aku ceritakan padamu adalah Kyai Ihsan Jampes dengan syair-syairnya dalam kitab Irsyad Al-Ikhwan fi Bayan Al-Hukm Al-Qahwah wa Ad-Dukhan. Dalam karya tersebut, beliau membahas secara panjang lebar tentang kopi, munkin beliau ingin membela diri, sebagi penikmat berat kopi, terhadap mereka yang tidak sepakat dengan unsure kenikmatan di dalam kopi, dan dengan tidak adilnya menfatwakan haram kopi. Kyai Ihsan Jampes megatakan dalam kitabnya yang dikutip dari Hasyiyah Al-Asybah karangan Imam ar-Ramli, bahwa argumentasi pengharaman kopi sama sekali kosong. ungkapan ini munkin cukup menohok pembenci kopi, munkin juga kamu, sayang,
Sayang, ketahuilah sungguh banyak cerita-cerita manusia yang lahir dari kopi ini sayang, cerita revolusi perancis, yang awal gerakannnya dari tongkrongan warung kopi. Boleh saja kamu tercengang dan mengkerutkan dahi tidak percaya dengan cerita ini, aku tahu, sepintas munkin akan timbul dalam pikiranmu rasa ketidak sepakatan, bahkan munkin kamu akan menganggap cerita ini hanyalah bualan sejarawan, mana munkin  gagasan revolusi berawal dari orang-orang yang sukanya hanya nongkrong diwarung kopi. Tapi begitulah adanya, saying. faktanya memang begitu, dan itu masuk akal.
Sayang, warung kopi itu menyimpan nilai-nilai tersendiri, terlepas  dari nilai-nilai yang ada di luar itu, segala macam kreativitas lahir disana, mulai dari seni, intelektual, sampai politik. Kopi memang memabukkan, tapi bagaimanapun kopi adalah kenikmatan tanpa dosa, sayang. Kopi tidak seperti kenikmatan yang ada dalam bir atau obat-obatan yang membuat penikmatnya hilang akal. Sebaliknya, kenikmatan kopi justru membangkitkan spirit pencandunya. Sungguh hebat, bukan?
Yang lebih hebat lagi. Indonesia sebagai salah satu dari empat Negara penghasil kopi terbesar, tidak lama ini telah berhasil menembus pasar eropa dalam partisipasinya pada event The Nordic World Of Coffe yang di gelar di Gothenburg, swedia. Kopi indonesia disambut baik oleh orang-orang eropa. Bentuk sambutan itu dibuktikan dengan dibelinya kopi Arabica gayo oleh perusahaan Jerman seharga 261 ribu dollar AS per 54 ton. Tentu kita perlu member uplos untuk hasil buah yang tumbuh ditanah kita ini, sayang. Kopi kita  dengan berbagai macam kenikmatannya, tumbuh dari tanah indonesia yang pada awal mulanya ditemukan di dataran ethopia oleh seorang pengembala, lalu berkembang menjadi suatu kultur tersendiri pada masyarakat, dan dibawa ke indonesia oleh tentara portugis, sehingga akhirnya dijadikan dalih penjajahan pada bangsa kita. Sekarang  kopi menjadi salah satu bagian dari kekayaan yang dimiliki indonesia, yang tentunya tidak banyak dimemiliki Negara lain, maka patutlah kita mensyukuri itu dengan cara menikmati kopi, sayang. Seperti yang dikatakan lagi-lagi oleh joko pinurbo: “Setiap Rezeki perlu dirayakan dengan secangkir kopi”
Kecup hangat bibirmu berawal dari kopi hitam yang bercampur manis di seduh dengan makna cinta yang mendalam. Sayang tidakkah engkau sadar akan hal itu. Betapa kayanya negeri ini dengan kopi. Tapi di mana kopiku kopi kita sekrang.? Ayo ceritakan tentang kopi itu padaku. di tengah heningnya malam ini di tengah keluh kesah tentang kegundahan hatimu. Tidakkah kamu sadar bahwa keegoisanmu tidak akan mampu memecah lautan dan membelah tingginya gunung. tidakkah kamu berpikir tentang itu. Janganlah kamu larut dalam keangkuhan, ayo bersabarlah menyambutku menyambut cinta yang baru datang dari secangkir kopi.
M. Adi “Penikmat Sunyi”
Yogyakarta. 27. Desember 2015
Load disqus comments

0 komentar