Translate

Wednesday, March 19, 2014

Wajah Islam dimata Barat

OLEH: M.ADI
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yogyakarta
Fakultas Usuluddin Aqidah dan Filsafat
Wajah Islam dimata Barat
Tema ini menurut saya sangat unik, juga menjadi tema umum bagi kami sehingga tema ini akan menumbuhkan pelbagai interpretasi. karena kalau kita lihat dari tema ini tentunya akan mengupas sekumpulan sejarah yang tumbuh dalam dunia Islam pra-Islam maupun pasca-Islam, atau bahkan Islam itu dilihat dari sudut pandang pemikir barat.
Tetapi yang jelas dalam tema ini, sebenarnya saya akan melihat sejarah study barat dalam dunia Islam. Dan study dalam Islam ini lebih spesifikasi lagi dilihat dari sudut pandang barat, permulaan kajian ini bermula pada abad ke-9 di Irak. Dan fokus bahsan ini sebenarnya akan melihat setudy barat bukan melihat Islam dari Islam itu sendiri (tidak menggunakan pola pandang timur).
Sejarah telah mencatat, bahwa permulaan teologis sebelum datangnya Islam abad ke7 orang Arab telah dikenal oleh bangsa Israel kuno, yunani dan para pater gereja  nama-nama Arab sudah termaktub dalam kitab Injil misal geshem dalam Nehemiah (6:6) ketua suku setempat telah menentang kekuasaa raja Israel di palestina. Nama Arab juga dalam kitab Talmud Zabur juga sudah pernah muncul. sejarawan Herodotus abad kelima 5 SM dia sudah mengenal dan menulis bangsa Arab
.
Bangsa Arab Juga telah di kenal oleh orang yunani setelah hegemoni hellinistik yunani di timur tengah  pada abad ke4 SM. berkat kerajaan Arab Nabate dengan ibu kota Petra di semenanjung Sinai timur laut. Terjadi kontak langsung antara orang Arab dan pedagang, musafir , tentara  dari Celecuid dan kemudian imperium Romawi. Pada awal masehi suku-suku Arab  masuk Kristen menjadi kerajaan menjdi pengikut impereum Bezantium  dan Sassaniyah  hal ini menjdi mata rantai kultur antara sebagian orang Arab dan umat kresten timur.
Pada abad pertengahan gagasan Islam tidak lepas dari gagasan kitab suci dan gagasan teologis. Kaum mitologi, teologi dan misioner memberikan rumusan utam abagi kaum gereja wacana resmi Islam secara mitologis itu tdak lepas dari kaum Arab (saracen) . Secara mitologis dipahami sebagai kaum Arab keturunan Ibrahim  melalui budaknya Hajar dan putranya Ismail yang kumudia mereka berdua di usir dari rumah Ibrahim  atas deasakan Sarah dan petunjuk tuhan di bawa Ibrahim ke belantara Beer-Sheba itulah pergumulan awal mengenai sejrah permulaan Isalam secara teologis.
Sedangkan polemik mengenai keagamaan terjadi dalam Islam yaitu tampilnya monuteis Arab non-yahudi yankni orang yang bukan Kristen pada abad ke7. Polemik teologis pemisahan antara Islam dan Kristen terjadi pada abad ke 8 hingga abad ke11. Terjadi di hadapan holifah atau pejabat negara yang ada pada saat itu, perdebatan antara kaum Kristen dan Islam sering terjadi.
Sedangkan kalau di tinjau dari segi sejarah pada awal perang salib orang Kristen tidak mengenal tentang Islam bangsa Eropa tidak tahu tentang Islam dan kaum muslim yang sedang berkembang pesat di sepayul. Baru pada perang salib yaitu abad 11 nama Muhammad dikenal oleh bangsa Eropa.  hingga abad ke 11 Injil memberi umat Kristen sarana tafsir untuk mengidentifikasi  kaum Saracen sebagai kaum Ismail  keturunan Ibrahim melalui Hajar. Dan inilah yang menjadi kesimpulan Bade (672-735) dalam karyanya” Ecclesiatical history of the English People” Bede dan Isidore dari sivilla tafsir injil memandang Ishak sebagai leluhur kristus dan kaum yahudi sebagai keturunan ismail. Dan sekrang Islam menggantikan kaum yahudi dalam pandanngan Kristen sebagai kaum Ismail yang asing.
Sedangkan pada abad 12 dimasa Peter Agung (sekitar 1094-1156) mereupakan periode awal perang salib, kesarjanaan kepala biara para Cluny di prancis  menjadi lembaga utama bagi pengetahuan Kristen. Baik mengenai perang Salib , pada saat itu kaum pendeta juga sudah gencar menerjemahkan teks-teks al-quran dan teks muslim lainya sudah dipelajari oleh para pendeta. Pada saat itu kepela biara tersebut melakukan perjalanan ke sepayul mengunjungin biara-biara Clinic, dia mengadakan study sistematis proyek besar bagi kaum sarjanawan untuk menerjemahkan Islam. Ketika Peter memberikan otoritas untuk penerjemahkan dan penafisran Islam telah banyak beredar cerita-cerita cabul mengenai nabi muhammad. Cerita-cerita yang beredar itu melukiskan mohammad sebagai Tuhan dalam Islam, pendusta penggemar wanita,  seorang Kristen yang murtad, tukang sihir. Dan stigma nigatif lainnya. Korpus (kumpulan naskah) Clunic” Peter tersebut adalah awal setandar kesarjanaan barat tentang Islam. Peter pada saat itu telah menyuruh sarjana terkenal untuk menerjemah dan menafsiri al-quran seperti Robert. Pada perang salib Peter menegaskan pada setiap peminpin perang salib bahwa mereka harus bisa menang dari Islam .
Salah satu terjemahan teks Apologi yang terkenal dan paling berpengaruh adalah terjemah “Apologi al-Kindi” yang berisi perdebatan antara kaum Kristen dan Islam yang terjadi pada masa holifah al-Ma’mun (813-833). para sarjana moderen gagal menemukan kapan yang pasti teks ini berada, namun perkisarannya dalah antara abad ke 9 sapai abad ke-11 penerjemah teks tersohor ini adalah Peter dari toledo, seorang yahudi yang kemudian masuk Kristen dia merupakan penerjemah bahasa Ibrani dan Arab ke teks latin ”Apologi al-Kindi ” beredar dan populer dikalangan Kristen karena memberikan argumentasi tentang Islam. Yang kemudian pada abad ke 12 juga muncul karangan ibnu Sina (w. 1037)   
Tapi setelah Eropa reformasi abad 16 antara tahun 1500-1650 Eropa telah memasuki perubahan religius, politik dan intelektual pengetahuan dan study tentang Islam juga berimbas. Pada abad 14 dan ke 15 Eropa timur menggantikan spayul dan plestina sebagai garda utama antara Kristen Romawi dan Islam. Sedangakan pada perang Kasovo 1389 Utsmaniyah mengusai Balkan barat. kemudian hal itu menybabkan keretakan anatara Kristen dan timur. Pada 1453 Utsmaniyah berhasil merebut kostantinopel. Pada 1500 oran turki menguasai yunani, Bosnia, Herzegovina, dan albania bayanyak Kristen ortodoks banyak terserap dalam tahlukan utsmaniyah sehingga muncul pluralisme yang didominasi oleh Islam secara simbiotis. Gerja ortodok juga mengakui bahwa mereka telah dilindungi oleh hukum Islam dalam kekuasaan utsmaniyah.
Namun pada 1529 tentara Utsmaniyah mengepung Wina tapi tidak berhasil namun imperium Islam pada saat itu telah mengancam Eropa barat. dan tantangan Utsmaniyah mendapat perhatian pendeta dan sarjana Kristen Eropa. Seorang humanis yaitu Bibliander (Theodor Buchmann) oporinus (johann Herbst) mendapat kesulitan dari dewan kota Basel pada 1542, karena secara gelap menerbitkan edisi baru pada al-quran mengalami kesulitan yang pada saat itu Sulaiman dari Utsmaniyah masih di gerbang wina. Namun Martin Luther menyetujui hal itu sehingga maaslah itu terpecahkan. Dalam hal ini tidak ada pendiskriminasi kaum Kristen terhadap Islam. Sehingga pada saat itu para pembaru seperti Melachthon mengaggap kaum “saracen turki bersama gereja roma adlah anti kristus, sehingga pada abad 16 Edisi-edisi al-quran dan teks-teks Islam lainya di Eropa sangat bersandar pada korpus Cluniac empat abad sebelumnya.
Pada ahir abad ke 16 dan ke 17 pengetahuan Eropa mengenai Islam berkembang degan bebrapa alsan. Pertama realitas politik Utsmaniyah terhadop Eropa tidak berkurang hingga abd 18. Ketika dinasti Utsmaniyah dan keseimbangan bergeser menjadi lebih menguntungkan Eropa. Kedua, menigkatkan kesadaran Eropa terhadp dunia Islam. Sehingga pada saat itu, Eropa mengirimkan utusan utuk membantu Utsmniyah memerangi hapsbrug pada saat itu juga orang Eropa terhadp Islam tidak terbatas pada al-quran nabi Muhammad dan penaklukan muslim awal. Hasil yang paling utama selama abad pencerahan diakhir abad 18 adalah perhatian terhadpap Nabi Muhammad adalah orang yang penyabar sebuah agama yang lebih alami dan rasionla dari pada Kristen.
Sedangkan di abad 19 ini, perjalan dari barat ketimur tengah sudah teratasi dengan adanya mesin uap, jalan kereta api sudah menjadi sarana untuk memudahkan perhunbugan di belahan dunia. Ini adalah merupakan salah satu sebah yang memudahkan kaum Kristen untuk dapat berkomunikasi langsung dengan kaum Islam. Satu perkembangan penting pada abad ke 19 dan awal abad 20 adalah historisime. Gagasan bahwa agama-agama baru dapat dijelaskan secara historis bergantung pada peritiwa-peristiwa sebelumnya. Suatu implikasi suatu historisisme adalah penolakan terhadap penolakan orsinalitas mutlak dari fenomina historis yang telah dijelaskan.  Namun kajian tentang nabi muhammad tetap menjadi kajian utama.  Kesarjanaan historisis tentang Islam adalah seperti karya Abraham Geiger 1833 Was Hat Mohammad Aus Judentum Aufgenomen?  Merupakan tesis terbalik dari kesarjanaan historsisi Kristen tentang Islam. Bahwa Islam dilambangkan pada pada model Kristen dan model hitorisisme ini tidak di sukai oleh kebanyakan sejarawan Islam abad 20 tuduhan historisisme masih sering di tuduhkan terhadap mereka yang mengkaji datangnya Islam pada latar belakang Arab dan timur tengan pra- Islam.
Pada paroh terakhir abad ke 19 dan paroh pertama abad 20 telah di lakukan banyak upaya untuk mengkaji Study ilmu agama (Religionswissenschaf), karakteristiknya adalah menagdalkan filologi sebagai metode utama untk memahami peradaban lain. Khususnya peradaban kuno. Friederich Maxmuller (1823-1900) mengatakan bahwa “ia hanya tahu satu, tidak tahu apapun.”Artinya orang-orang sesungguhnya tidak tahu Agama jika ia hanya tahu dan mengakui agamanya sendiri.
Study Islam sebagi disiplin sendiri banyak muncul di Uneversitas pada abad ke 19 yang kemudian disiplin itu disebut Orientalisme, humanisme klasik yang memperhatikan teks bersama abad pencerahan sangat mempengaruhi orientalime. Filologi abad ke 19 elanjutnya berpandangan dunia rmantisme dan mencari keluhuran masa lalu dan yang lain yang luar biasa. Sebagian sejarawan setudy-study Islam melihat bahwa kaum orientalis barat dan ulama ortodok cendrung bersifat sama : konservatif dalam mendekati histeriografi. Orientalisme pada umumnya menerima catatan tradisional mengenai hayat muhammad.
Meskipun orientalis dan ulam ortodok konserfatif terhadap histeriografi, banyak sekali didalamnya kritik dialamatkan kepada orientalis abad 20 khususnya 25 tahun terakhir. Artikulasi kritisisme yang paling tajam adalah orientalism (1979)   karya kritikus literer Arab-amirika , Edward Said adalah salah satu kritisisme terpenting mengatakan bahwa orientalisme melayani rencana imprealis Eropa terhadap muslim. invasi napolion atas mesir hingga munculnya negara-negra muslim merdeka.  Orientalisme dituduh sebagai pelayan ambisi ekonomi dan politik Eropa. Hingga akhirnya pada akhir abad ke20 banyak sarjana barat lebih suka mengganti nama depertemin akademis “Study-Study ketimuran” dengan nama yang kurang erosentris “study-study Islam”              

               
Load disqus comments

0 komentar