OLEH: M.ADI
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yogyakarta
Fakultas Usuluddin Aqidah dan Filsafat
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yogyakarta
Fakultas Usuluddin Aqidah dan Filsafat
Wajah Islam dimata Barat
Tema ini menurut saya sangat unik, juga menjadi tema umum bagi kami
sehingga tema ini akan menumbuhkan pelbagai interpretasi. karena kalau kita
lihat dari tema ini tentunya akan mengupas sekumpulan sejarah yang tumbuh dalam
dunia Islam pra-Islam maupun pasca-Islam, atau bahkan Islam itu dilihat dari
sudut pandang pemikir barat.
Tetapi yang jelas dalam tema ini, sebenarnya saya akan melihat
sejarah study barat dalam dunia Islam. Dan study dalam Islam ini lebih
spesifikasi lagi dilihat dari sudut pandang barat, permulaan kajian ini bermula
pada abad ke-9 di Irak. Dan fokus bahsan ini sebenarnya akan melihat setudy
barat bukan melihat Islam dari Islam itu sendiri (tidak menggunakan pola
pandang timur).
Sejarah telah mencatat, bahwa permulaan teologis sebelum datangnya Islam
abad ke7 orang Arab telah dikenal oleh bangsa Israel kuno, yunani dan para
pater gereja nama-nama Arab sudah
termaktub dalam kitab Injil misal geshem dalam Nehemiah (6:6) ketua suku
setempat telah menentang kekuasaa raja Israel di palestina. Nama Arab juga
dalam kitab Talmud Zabur juga sudah pernah muncul. sejarawan Herodotus abad
kelima 5 SM dia sudah mengenal dan menulis bangsa Arab
.
Bangsa Arab Juga telah di kenal oleh orang yunani setelah hegemoni
hellinistik yunani di timur tengah pada
abad ke4 SM. berkat kerajaan Arab Nabate dengan ibu kota Petra di semenanjung Sinai
timur laut. Terjadi kontak langsung antara orang Arab dan pedagang, musafir ,
tentara dari Celecuid dan kemudian
imperium Romawi. Pada awal masehi suku-suku Arab masuk Kristen menjadi kerajaan menjdi pengikut
impereum Bezantium dan Sassaniyah hal ini menjdi mata rantai kultur antara sebagian
orang Arab dan umat kresten timur.
Pada abad pertengahan gagasan Islam tidak lepas dari gagasan kitab
suci dan gagasan teologis. Kaum mitologi, teologi dan misioner memberikan rumusan
utam abagi kaum gereja wacana resmi Islam secara mitologis itu tdak lepas dari
kaum Arab (saracen) . Secara mitologis dipahami sebagai kaum Arab keturunan Ibrahim melalui budaknya Hajar dan putranya Ismail yang
kumudia mereka berdua di usir dari rumah Ibrahim atas deasakan Sarah dan petunjuk tuhan di
bawa Ibrahim ke belantara Beer-Sheba itulah pergumulan awal mengenai sejrah
permulaan Isalam secara teologis.
Sedangkan polemik mengenai keagamaan terjadi dalam Islam yaitu
tampilnya monuteis Arab non-yahudi yankni orang yang bukan Kristen pada abad
ke7. Polemik teologis pemisahan antara Islam dan Kristen terjadi pada abad ke 8
hingga abad ke11. Terjadi di hadapan holifah atau pejabat negara yang ada pada
saat itu, perdebatan antara kaum Kristen dan Islam sering terjadi.
Sedangkan kalau di tinjau dari segi sejarah pada awal perang salib
orang Kristen tidak mengenal tentang Islam bangsa Eropa tidak tahu tentang Islam
dan kaum muslim yang sedang berkembang pesat di sepayul. Baru pada perang salib
yaitu abad 11 nama Muhammad dikenal oleh bangsa Eropa. hingga abad ke 11 Injil memberi umat Kristen
sarana tafsir untuk mengidentifikasi
kaum Saracen sebagai kaum Ismail keturunan
Ibrahim melalui Hajar. Dan inilah yang menjadi kesimpulan Bade (672-735) dalam
karyanya” Ecclesiatical history of the English People” Bede dan Isidore
dari sivilla tafsir injil memandang Ishak sebagai leluhur kristus dan kaum
yahudi sebagai keturunan ismail. Dan sekrang Islam menggantikan kaum yahudi
dalam pandanngan Kristen sebagai kaum Ismail yang asing.
Sedangkan pada abad 12 dimasa Peter Agung (sekitar 1094-1156)
mereupakan periode awal perang salib, kesarjanaan kepala biara para Cluny di
prancis menjadi lembaga utama bagi pengetahuan
Kristen. Baik mengenai perang Salib , pada saat itu kaum pendeta juga sudah
gencar menerjemahkan teks-teks al-quran dan teks muslim lainya sudah dipelajari
oleh para pendeta. Pada saat itu kepela biara tersebut melakukan perjalanan ke
sepayul mengunjungin biara-biara Clinic, dia mengadakan study sistematis proyek
besar bagi kaum sarjanawan untuk menerjemahkan Islam. Ketika Peter memberikan
otoritas untuk penerjemahkan dan penafisran Islam telah banyak beredar
cerita-cerita cabul mengenai nabi muhammad. Cerita-cerita yang beredar itu
melukiskan mohammad sebagai Tuhan dalam Islam, pendusta penggemar wanita, seorang Kristen yang murtad, tukang sihir.
Dan stigma nigatif lainnya. Korpus (kumpulan naskah) Clunic” Peter tersebut
adalah awal setandar kesarjanaan barat tentang Islam. Peter pada saat itu telah
menyuruh sarjana terkenal untuk menerjemah dan menafsiri al-quran seperti
Robert. Pada perang salib Peter menegaskan pada setiap peminpin perang salib
bahwa mereka harus bisa menang dari Islam .
Salah satu terjemahan teks Apologi yang terkenal dan paling
berpengaruh adalah terjemah “Apologi al-Kindi” yang berisi perdebatan antara
kaum Kristen dan Islam yang terjadi pada masa holifah al-Ma’mun (813-833). para
sarjana moderen gagal menemukan kapan yang pasti teks ini berada, namun
perkisarannya dalah antara abad ke 9 sapai abad ke-11 penerjemah teks tersohor
ini adalah Peter dari toledo, seorang yahudi yang kemudian masuk Kristen dia
merupakan penerjemah bahasa Ibrani dan Arab ke teks latin ”Apologi al-Kindi ” beredar
dan populer dikalangan Kristen karena memberikan argumentasi tentang Islam.
Yang kemudian pada abad ke 12 juga muncul karangan ibnu Sina (w. 1037)
Tapi setelah Eropa reformasi abad 16 antara tahun 1500-1650 Eropa
telah memasuki perubahan religius, politik dan intelektual pengetahuan dan
study tentang Islam juga berimbas. Pada abad 14 dan ke 15 Eropa timur
menggantikan spayul dan plestina sebagai garda utama antara Kristen Romawi dan Islam.
Sedangakan pada perang Kasovo 1389 Utsmaniyah mengusai Balkan barat. kemudian
hal itu menybabkan keretakan anatara Kristen dan timur. Pada 1453 Utsmaniyah berhasil
merebut kostantinopel. Pada 1500 oran turki menguasai yunani, Bosnia, Herzegovina,
dan albania bayanyak Kristen ortodoks banyak terserap dalam tahlukan utsmaniyah
sehingga muncul pluralisme yang didominasi oleh Islam secara simbiotis. Gerja
ortodok juga mengakui bahwa mereka telah dilindungi oleh hukum Islam dalam kekuasaan
utsmaniyah.
Namun pada 1529 tentara Utsmaniyah mengepung Wina tapi tidak
berhasil namun imperium Islam pada saat itu telah mengancam Eropa barat. dan
tantangan Utsmaniyah mendapat perhatian pendeta dan sarjana Kristen Eropa. Seorang
humanis yaitu Bibliander (Theodor Buchmann) oporinus (johann Herbst) mendapat
kesulitan dari dewan kota Basel pada 1542, karena secara gelap menerbitkan
edisi baru pada al-quran mengalami kesulitan yang pada saat itu Sulaiman dari Utsmaniyah
masih di gerbang wina. Namun Martin Luther menyetujui hal itu sehingga maaslah
itu terpecahkan. Dalam hal ini tidak ada pendiskriminasi kaum Kristen terhadap Islam.
Sehingga pada saat itu para pembaru seperti Melachthon mengaggap kaum “saracen
turki bersama gereja roma adlah anti kristus, sehingga pada abad 16 Edisi-edisi
al-quran dan teks-teks Islam lainya di Eropa sangat bersandar pada korpus
Cluniac empat abad sebelumnya.
Pada ahir abad ke 16 dan ke 17 pengetahuan Eropa mengenai Islam
berkembang degan bebrapa alsan. Pertama realitas politik Utsmaniyah terhadop Eropa
tidak berkurang hingga abd 18. Ketika dinasti Utsmaniyah dan keseimbangan
bergeser menjadi lebih menguntungkan Eropa. Kedua, menigkatkan kesadaran Eropa
terhadp dunia Islam. Sehingga pada saat itu, Eropa mengirimkan utusan utuk
membantu Utsmniyah memerangi hapsbrug pada saat itu juga orang Eropa terhadp Islam
tidak terbatas pada al-quran nabi Muhammad dan penaklukan muslim awal. Hasil
yang paling utama selama abad pencerahan diakhir abad 18 adalah perhatian
terhadpap Nabi Muhammad adalah orang yang penyabar sebuah agama yang lebih
alami dan rasionla dari pada Kristen.
Sedangkan di abad 19 ini, perjalan dari barat ketimur tengah sudah
teratasi dengan adanya mesin uap, jalan kereta api sudah menjadi sarana untuk
memudahkan perhunbugan di belahan dunia. Ini adalah merupakan salah satu sebah
yang memudahkan kaum Kristen untuk dapat berkomunikasi langsung dengan kaum Islam.
Satu perkembangan penting pada abad ke 19 dan awal abad 20 adalah historisime.
Gagasan bahwa agama-agama baru dapat dijelaskan secara historis bergantung pada
peritiwa-peristiwa sebelumnya. Suatu implikasi suatu historisisme adalah penolakan
terhadap penolakan orsinalitas mutlak dari fenomina historis yang telah
dijelaskan. Namun kajian tentang nabi
muhammad tetap menjadi kajian utama.
Kesarjanaan historisis tentang Islam adalah seperti karya Abraham Geiger
1833 Was Hat Mohammad Aus Judentum Aufgenomen? Merupakan tesis terbalik dari kesarjanaan
historsisi Kristen tentang Islam. Bahwa Islam dilambangkan pada pada model Kristen
dan model hitorisisme ini tidak di sukai oleh kebanyakan sejarawan Islam abad
20 tuduhan historisisme masih sering di tuduhkan terhadap mereka yang mengkaji
datangnya Islam pada latar belakang Arab dan timur tengan pra- Islam.
Pada paroh terakhir abad ke 19 dan paroh pertama abad 20 telah di lakukan
banyak upaya untuk mengkaji Study ilmu agama (Religionswissenschaf), karakteristiknya
adalah menagdalkan filologi sebagai metode utama untk memahami peradaban lain.
Khususnya peradaban kuno. Friederich Maxmuller (1823-1900) mengatakan bahwa “ia
hanya tahu satu, tidak tahu apapun.”Artinya orang-orang sesungguhnya tidak tahu
Agama jika ia hanya tahu dan mengakui agamanya sendiri.
Study Islam sebagi disiplin sendiri banyak muncul di Uneversitas
pada abad ke 19 yang kemudian disiplin itu disebut Orientalisme, humanisme
klasik yang memperhatikan teks bersama abad pencerahan sangat mempengaruhi
orientalime. Filologi abad ke 19 elanjutnya berpandangan dunia rmantisme dan
mencari keluhuran masa lalu dan yang lain yang luar biasa. Sebagian sejarawan
setudy-study Islam melihat bahwa kaum orientalis barat dan ulama ortodok cendrung
bersifat sama : konservatif dalam mendekati histeriografi. Orientalisme pada
umumnya menerima catatan tradisional mengenai hayat muhammad.
Meskipun orientalis dan ulam ortodok konserfatif terhadap
histeriografi, banyak sekali didalamnya kritik dialamatkan kepada orientalis
abad 20 khususnya 25 tahun terakhir. Artikulasi kritisisme yang paling tajam
adalah orientalism (1979) karya
kritikus literer Arab-amirika , Edward Said adalah salah satu kritisisme
terpenting mengatakan bahwa orientalisme melayani rencana imprealis Eropa
terhadap muslim. invasi napolion atas mesir hingga munculnya negara-negra
muslim merdeka. Orientalisme dituduh
sebagai pelayan ambisi ekonomi dan politik Eropa. Hingga akhirnya pada akhir
abad ke20 banyak sarjana barat lebih suka mengganti nama depertemin akademis
“Study-Study ketimuran” dengan nama yang kurang erosentris “study-study
Islam”
0 komentar