BIOGRAFI DAN SEJARAH KEHIDUPAN
(Bukhari, Muslim,Tirmidzi,Nasai’)
OLEH: M.ADI
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yogyakarta
Fakultas Usuluddin Agidah dan Filsaf
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yogyakarta
Fakultas Usuluddin Agidah dan Filsaf
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang masalah
Salah satu usaha kita semua mengetahui sejarah hidup , dan
perjalanan seorang perawi dalam
mendalami ilmu hadist adalah dengan kita
belajar biografi dan mengetahui segala perjalanan hidupnya di dalam belajar ,
menghafal, dan menulis hadist . Dalam realita kehidupan saat ini. Kebanyakan
orang yang belajar hadist hanya mengetahui hadist-hadist yang di riwayatkan
oleh para perowi aja. Akan tetapi hanya sebagian orang yang menegetahui sejarah
perjalanan dan biografi para perawi. Maka sangat di butuhkannya kita belajar
biografi dan perjalanan hidupnya para perawi.
Maka dari itu, penulis akan menjelaskan kepada pembaca dengan apa
yang telah penulis peroleh dari berbagai buku yang penulis baca. Sehingga
menjadikan pengetahuan baru bagi teman-teman sekalian. Dan akhirnya teman-teman
bisa paham .
B.
Rumusan masalah
Dari latar
belakang yang telah penulis jelaskan . penulis mempunyai rumusan masalah yang
mempermudah bagi penulis untuk membahasnya dalam makalah ini. Dengan rumusan
masalah sebagai berikut:
a.
Seperti apakah biografi perawi (bukhari, muslim, tirmidzi, dan nasai)
itu?
b.
Bagaimana sejarah perjalannya?
C.
Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah
:
a.
Menjelaskan secara mendalam biografi imam bukhari,
muslim, tirmidzi, dan nasa’i.
b.
Menjelaskan sejarah perjalanan imam
yang saya jelaskan di atas.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Imam Bukhari
Imam Bukhari nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin
Ismail bin Ibrahim bin Muqirah al-Ja’fi bin Bardizbah Al-Bukhari. Ia di
lahirkan bulan Syawal 194 H di negeri Bukhara, Usbakistan Asia tengah sehingga
beliau lebih dikenal dengan nama al-Bukhari. [1]Ia
sangat alim di bidang Hadist.
Sewaktu kecil Al Imam Al Bukhari buta kedua matanya.
Pada suatu malam ibu beliau bermimpi melihat Nabi Ibrahim ‘Alaihissalaam yang
mengatakan, “Hai Fulanah (yang beliau maksud adalah ibu Al Imam Al Bukhari,
pent), sesungguhnya Allah telah mengembalikan penglihatan kedua mata putramu
karena seringnya engkau berdoa”. Ternyata pada pagi harinya sang ibu
menyaksikan bahwa Allah telah mengembalikan penglihatan kedua mata putranya.
Bukhari adalah Imam yang didik dalam keluarga ulama yang taat
beragama. Dalam kitab ats-Tsiqat, ibnu Hiban menulis bahawa ayah Bukhari dikenal dengan orang yang
wara’ dalam arti ayah beliau sangat berhati-hati terhdap barang yang
subhat(ragu-ragu) hukumnya. Terlebih brang yang sduah jelas haram. Ia seorang
ulam’ yang bermazhab Maliki dan murid dari Imam Malik, seorang ulama besar dan
ahli fiqih. Ia wafat ketika Bukhari masih kecil.
Ketika berusia sepuluh tahun, Al
Imam Al Bukhari mulai menuntut ilmu, beliau melakukan pengembaraan ke Balkh,
Naisabur, Rayy, Baghdad, Bashrah, Kufah, Makkah, Mesir, dan Syam[2].Imam Bukhari berguru pada Syekh ad-Dakhili. Ulama ahli Hadist yang mashur di Bukhara. Pada usia 16 thn ia mengun jungi kota suci terutama mekkah dan
madinah untuk mengikuti kuliah dari para guru besar Hadist. Pada usia 18 thn
dia sudah hafal karya mubarak dan Waki’ bin Jarrah bin Malik. Bersama gurunya Syekh
ishaq, ia menghimpun Hadist-Hadist shahih dalam satu kitab, dari satu juta Hadist
yang diriwayatkan 80,000 Rowi disaring menjadi 7,275 Hadist.
Untuk mengumpulkan
dan menyelesaikan Hadist Sahih, bukahri
menghabiskan waktu selama 16 thn untuk mengunjungi berbagai kota guna
menemui para rowi hadst. Mengumpulkan
dan menyeleksi hadisnya[3]. Diantara kota-kota yang
disinggahinya antara lain Basrah, Mesir,
Hijaz(Mekkah,Mdinah),kufah baqdad sampai asia barat.
Dalam meneliti menyeleksi dan berdiskusi
bukahri sangat sopan di antara guru yang termasuk guru Imam Bukahri aldalah
Ali-bin al-Madani, Ahmad binHambal, Yahya bin Ma’in, Makki bin Ibrahim
al-Bakhi, dan Muhammad bin Yusuf al-Baikandhi. Disamping
itu juga banyak pula ahli Hadist yang
berguru kepadanya seperati Syekh Abu Zahrah, Abu Hatim Tirmidzi, Muhammad
Ibnu Nazr, dan Imam Muslim. Kepada para
muridnya dia pernah berpesan “kepda para rowi yang sudah jelas kebohonganya,
para ulama perlu dipertimbngkan, pakah
dia kan meninggalkannya ataukah berdiam diri saja” sedangkan kepada rowi yang Hadistnya
tidak jelas dia menytakan Hadistya “ di
ingkari saja”. Dia berkta saya meninggalkan 10,000 Hadist yang di riwayatkan
oleh rowi yang masih di pertimbangkan. Dan meniggalakn Hadist yang sama
banyaknya atah bhkan lebih dari rowi yang tidak jelas Hadistnya.[4]
Imam Bukhari merupana ulama Hadist yang banyak karyanya sebagian
sudah musnah dan sebagian pula masih ada di tengah-tengahkita sperti: Sahih Bukhari,
al-Adab al-Mufrad, adh-Dhuafa ash-Shqhir, at- Tarikh as- Shaghir, at- Tharikh
al- Aushat. At- thrikh al- Kabir, at-Tafsir al-Kabir, al-Ilal, Raful yadain fi
as-Salah, Birrul al-Walidain, ad-Dhuafa, al-hibah. Di anatar krya-karya
tersebut yang termashur adalah al-Jami’ al-Musnad ash-Sahih al- Mukhtasar
min Umur Rasul Allah was Sunanih wa Ayyamih. Jumlah ahdist dalam kitab ini
adalah 9.082 buah dan jumlah Hadist ini
tidak termasuk Hadist yang mauquf[5]
Al-Imam al-Bukhari wafat pada malam Idul Fitri tahun 256 H. ketika
beliau mencapai usia 62 tahun. Jenazah beliau dikuburkan di Khartank, nama
sebuah desa di Samarkand. Semoga Allah Ta'ala mencurahkan rahmat-Nya kepada
al-Imam al-Bukhari[6]
2.
Imam Muslim
Imam Muslim bernama lengkap Imam Abul Husain Muslim
bin al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al Qusyairi an Naisaburi. Imam Muslim
dilahirkan di Naisabur tahun 202 H atau 817 M. Naisabur, saat ini termasuk
wilayah Rusia. Dalam sejarah Islam, Naisabur dikenal dengan sebutan Maa Wara’a
an Nahr, daerah-daerah yang terletak di belakang Sungai Jihun di Uzbekistan,
Asia Tengah.
Naisabur pernah menjadi pusat pemerintahan dan
perdagangan tidak kurang 150 tahun pada masa Dinasti Samanid. Tidak hanya
sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan, kota Naisabur juga dikenal saat itu
sebagai salah satu kota ilmu, bermukimnya ulama besar dan pusat peradaban di
kawasan Asia Tengah.
Kecenderungan Imam Muslim kepada ilmu hadits tergolong
luar biasa[7].
Keunggulannya dari sisi kecerdasan dan ketajaman hafalan, ia manfaatkan dengan
sebaik mungkin. Di usia 10 tahun, Muslim kecil sering datang berguru pada Imam
Ad Dakhili, seorang ahli hadits di kotanya. Setahun kemudian, Muslim mulai
menghafal hadits dan berani mengoreksi kekeliruan gurunya ketika salah dalam
periwayatan hadits. Seperti orang yang haus, kecintaanya dengan hadits
menuntun Muslim bertuangalang ke berbagai tempat dan negara. Safar ke negeri
lain menjadi kegiatan rutin bagi Muslim untuk mendapatkan silsilah yang benar
sebuah hadits.
Imam muslim juga banyak mengarang kitab
diantaranya karya-karyanya yang termashur adalah, al-Jami’ ash-Sahih
atau dikenal sebagai Shahih Muslim, al-Musnad al-Kabir , al-Asmah Wal-kun,al-Ilal,
al-Qaran, Sualat Ahmad bin Hambal,
al-intifa’ bi Uhubis-Siba’,Al-Muhadramain, Man laisa lahu Illa Rawin Wahid,
kitab Auladish-shabah ,dan kitab auham al-Muhaddisin.
Diatara karya tersebut yang paling mashur adalah ash-Sahih,
yang judul lengkapanya adalah al-Musnad ah-Shahih al- Mukhtashar Min as-Sunan bin Naql al-Adl’an rasul
allah, menurut M. Fuad kitab ini
berisi 3,033 Hadist.
Beliau wafat pada hari Ahad
sore dan di kebumikan dikampung Nsr
Abad, salah satu daerah di luar Nisabur,
pada hari Senin, 25 Rajab 261 H/5 Mei 875 M, dalam usia 55 tahun, mudah-mudhan
amal bliau di terima disisi allah[8]
3.
Imam Tirmidz
Imam at-Tirmidzi nama panggilannya adalah Abu
'Isa, sedangkan nama aslinya Muhammad bin "isa bin Saurah bin Musa bin
ad-Dhahhak as-Sulami.Beliau dilahirkan pada tahun 209 Hijriah di desa Bugh,
kemudian pindah ke kota Tirmidz* sampai akhir hidupnya, ( pada tahun 279
hijriah pada usia 70 tahun).
Imam Tirmidzi adalah salah seorang murid Imam
Bukhari dan merupakan salah seorang rawinya. Beliau belajar kepada Imam
Bukhari dalam Ilmu Hadits dan Ilmu Fiqih. Selain belajar dengan tekun,
beliau pun sering berbincang dengan Imam Bukhari, adakalanya pendapat beliau
tidak sejalan dengan pendapat Imam Bukhari. Dan perbedaan pandangan ulama
dalam mencari kebenaran adalah hal yang wajar, sebagaimana kerap terjadi dalam
berbagai bidang.Dalam memperdalam ilmunya, Imam Tirmidzi banyak
mengembara ke berbagai negeri. Ia mengikuti berbagai tempat pengajian
ilmu yang berada di Khurasan, Iraq dan Hijaz.
Imam Tirmidzi juga bnyak mengarang kitab
diantaranya adalah, kitab al-ilal,kitab asma ash-shahabah kitab al-asma’
al-kuna, yang terkenal tentu saja adalh kitab ash-sunan . dalam pasal Hadist
hasan telah disebutkan bahwa susna at-Tirmidzi
adalah induk Hadist hasan, dalamkitab tersebut ada empat bagian: pertama bagian
yang dipastikan kesahihannya, kedua bagian yang mencapai syarat, Abu Daud dan
an-Nasai’, ketiga bagian yang jelas illatnya,
keempat dalam hal yang ia terangkan dalam katanya sedinri.” Yang kutahrijkan dalam kitabku ini adalah Hadist yang telah
diamalkan oleh sebagian ulama.
Diantara keistimewaan kitab
as-Sunan adalah yang di isyaratkan oleh Abdullah bin Muhammd al-Anshari dengan
ucapan beliau” kitab at-Tirmidzi bagiku
lebih terang dari pada kitab al-Bukhari dan Muslim” kitab ini mernutnya
bisa dicapai oleh setiap orang, baik ahli fiqih ahli Hadist atau ahli yang
lainnya.
Setelah menjalani perjalanan panjang untuk
belajar, mencatat, berdiskusi, bertukar
pikiran dan mengarang pada ahir hidupnya
dia menderita kena penyakit buta, beberapa tahun lamanya dia hidup sebgai orang
yang tunanetra. Dalam keadaan
seprti inilah Imam Tirmidzi kemudian meninggal. Ia wafat di Tirmidzi pada malam
senin 13 Rajab tahun 279 H(8 Oktober 892) dalam usia 70 tahun.
4. Imam Nasa’i
Nama lengkapnya adalah Abu Abdurrahman bin
Syu’aib bin ali ibn Abi Bakar ibn Sinan an-Nasai, ia terkenal dengan nama Nasa’i karena dinisbatkan dengan kota Nasa’i ,
salah satu kota di Khurasan. Dia lahir pada
tahun 215 H. Imam Nasia menerima Hadist dari Sa’id, Ishaq bin Rahawahih dan
ulama-ulama lain dari tokoh Hadist di
Khurasan, Hijaz Iarak Mesir, Syam dan Jazirah Arab, Imam Nasa’i terkenal karena
ketinggian sanad Hadistnya ia menurut
sebagian ulama lebih kuat hafalanya dari Imam muslim dan kitab Sunan an-Nasa’i lebih sedikit Hadist Dhaifnya,
setelah Hadist Sahih Bukhari dan Shahih Muslim. Diantara gurunya Beliau
adalah Qutaibah bin Sa’id, Ishaq bin
Ibrahim, Ishaq bin Rahawaih al-Harist
bin Miskin, Ali bin Kasyram, Imam Abu Daud, dan Imam Abu Isa at-Tirmidzi
penyusun kitab Sunan at-Tirmidzi,
Sedangkan ulam yang pernah berguru pada iamam nasai adalah,
antaralain: abu al-qasim at-tabarani (paeanrang kitab buku mu’jam) abu ja’far at-thahawi, a-lhasn bin al-khadir
as-suyuti, Muhammad bin muawiyah bin al-ahamr an-dalusi, abu naashr al-dalaby,
dan abu bakar bin ahmad as-sunni, disamping itu muridnya ian adalah penyampung
lidah dari kitabnya imam nasa’i yaitu sunan nasa’i[9]
Disamping itu dia juga banyak menghasilkan karya dia tara karya
kitab karang imam nasa’i adalah: as-sunan
alkubra yang dikenal dengan sunan an-nasa’i, as-sunan almujtaba, kitab
at-tamyiz, kitab adh-dhu’afa, khasa’is ali, musnad ali,musnad malik, mansik
al-hajji dan tafsir.Buliau wafat di pad tahun 303 h/915 m di kebumikan di bait
al-maqdist, pelestina,[10]
BAB IV
KESIMPULAN
Sejarah eamng sangat perlu kita pelajari
kembali karena sejrahlah yang akan memperluas dan akan memperdalam pengetahuan
kita. Mereka kebanyakan lahir dari orang tua yang taat beragama. Di samping
itu mereka juga memberikan sumbangsih besar terhadap terjaganya hadist dan mereka sangat tekun dalam mepelajari
hadist baik dari mennghapal dan mencermatinya. karnya
yang meraka hasilkan, telah
membuktikan pada kita semua bahwa mereka memang sudah dapat di
pertanggung jawabkan kealimanya. Dan segala yang di riwayatkan oleh mereka berdasarkan belajar
tidak mengada ngada.
Perpindahan
dari suatu negeri kegeri lain adalah
bagian proses yang harus di lalui untuk belajar hadist,dan mereka juga mempunyai semangat yang tinggi
dalam rangka mempelajari ilmu keislaman. Berdiskusi, bertanya ,mencari dan berdialog
dalam rangka memperkuat ilmu pengetahuan juga merupakan aktifitas mereka, tidak
mudah bagi mereka jadi ulam besar, meraka telah menghabiskan masa hidupnya
untuk menperdalam ilmu agama dan menyebarkan ilmu tersebut kapada murid mereka.
Daftar Pustaka
Ash
–shalih Subhi, Dr. membhas ilmu-ilmu Hadist, pustaka firdaus, Jakrta, 1993
Solahuddin
,M, Drs. M . Ag dan Agus Suyadi , Lc. M,
Ag. Ulumul Hadist. Pustaka setia, Bandung 2011
Tahhan
Muhammad, Dr. Ulumul Hadst, ,Titian Ilahi press,
Imogiri, tegalasri, yogyakarta 1997
Al-khatib muhammad ‘ajaj,2007.Usulul al-hsdist
pokok-pokok ilmu hsdist, jakarta : gaya media pratama.
[1]Ash
–shalih Subhi, Dr. membhas ilmu-ilmu Hadist, pustaka firdaus, Jakrta, 1993. hal,348
[2]
Agus solahuddin, ulumul hadist,(bandung:pustaka
setia, 2008), hal.176
[3]
Agus solahuddin, ulumul hadist,(bandung:pustaka
setia, 2008), hal.176
[4]
Solahuddin ,M, Drs. M . Ag dan Agus
Suyadi , Lc. M, Ag. Ulumul Hadist. Pustaka setia, Bandung 2011. Hal, 232
[5]
Solahuddin ,M, Drs. M . Ag dan Agus
Suyadi , Lc. M, Ag. Ulumul Hadist. Pustaka setia, Bandung 2011.
Hal, 233
[6]
Ash –shalih Subhi, Dr. membhas
ilmu-ilmu Hadist, pustaka firdaus,
Jakrta, 1993. hal,349
[7]
. muhammad ‘ajaj al-khattab,
usulul al-hadist pokok-pokok ilmu hadist,(jakarta: gaya media pratama
jakarta, 2007),456
[8]Solahuddin
,M, Drs. M . Ag dan Agus Suyadi , Lc. M,
Ag. Ulumul Hadist. Pustaka setia, Bandung 2011.
Hal, 235
[9]
Solahuddin ,M, Drs. M . Ag dan Agus
Suyadi , Lc. M, Ag. Ulumul Hadist. Pustaka setia, Bandung 2011.
Hal, 236
[10]
Solahuddin ,M, Drs. M . Ag dan Agus
Suyadi , Lc. M, Ag. Ulumul Hadist. Pustaka setia, Bandung 2011.
Hal, 239
0 komentar