Sepercik Pencerahan dibalik
Hujan
Dinding jam menunjukkan 12.30 WIB. Hujan terus mengguyur
kota Yogyakarta, sementara Nenek tua pemulung
sampah yang sekitar paruh baya itu terus menyusuri guyuran Hujan,
memilih puing-puing sampah dan kaleng plastik untuk dia
kumpulkan, dia terus berjalan
mendaki jalan untuk sekedar mencari sebuah bekas kaleng di tempat sampah.
Sementara kelompok
pemuda ngumpul di tempat ngopi Tepatnya di Belandongan (Tempat ngopi yang ada
disebelah Selatan Rel Kereta). Pemuda yang ada disana tertawa ria bercanda
dengan teman-temannya .
Namun Nenek tua itu, terus berjalan di tengah derasnya guyuran
hujan. jalannya sudah membungkuk, menandakan ketidak sanggupanya memikul berat beban
sampah yang sedang dia letakkan di pinggulnya, jalannya sudah membungkuk. Seakan dia letih mejalani beban hidup yang
dia derita. Dia seakan tidak bisa menanggung lara yang sedang disandangnya.
Beban yang dibawanya
membuat jalannya tertatih-tatih. Sedangkan sekelompok pemuda itu tetap setia
menemani Kopi hangat dan sebatang rokok yang membuat suasan kelompok mereka. Semakin
lama semakin hangat saja menikmati kopi dan sebatang rokok yang dia nyalakan
meniupkan asap yang membuat tempat mereka penuh dengan asap rokok yang sedang
mereka nik mati.
Sementara si Nenek tua
itu. Tetap bersemangat mencari bekas
barang yang ada di tumpukan sampah. Dia sabar dalam menyisir tumpukan sampah yang seaakan mulai mengunung. Sampai se-sekali
dia memasukkan kaleng Air Aqua yang berukuran 1 liter kedalam kantong yang ada
di punggungya.
Membuat dia semakin
sulit untuk mejalankan kakinya, berselang kemudian seorang pengamin paruh baya
datang juga ketempat pemuda ngopi. Pengamin
itu memainkan gitar yang sedang dia bawanya. Setelah dia memainkan gitar dan melantunkan lagu dia
menyulurkan tangannya untuk meminta dan mengumpulkan uang recehan yang diberikan
oleh pemuda yang sedang ngopi.
Sementara pakaian yang
dia pakai sudah basah kuyup. Dan hujan semakin deras mengguyur tubuhnya. Desiran
angin yang ada diluar sana semakin dingin ikut menghempas tubuh. pengamin tersebut terlihat
menggigil kedinginan akibat guyuran air hujan yang sedang membasahinya.
Gitar yang dibawanya
juga ikut basah, tapi dia tetap sabar memainkan musik, sambil se-sekali dia mengusap
air hujan yang mengenai mukanya. Dia seakan tidak kenal lelah untuk mendapatkan
sedikit uang dari orang yang murah hati memberikannya uang. Dia harus bisa
mengumpulkan uang recehan untuk mendaptkan sesuap nasi.
Menurut saya ketiga contoh ditas tersebut adalah merupakan kejadian yang dapat menginspirasi kita, dapat membuat kita berpikir
batapa orang diluar sana sedang semangat dalam menjalani hidup. Sementara yang
muda seperti kita hanya dapat berkelana dalam sebuah kenikmatan hidup. Kita hanya
dapat bersenag-senang dalam menjalani hidup.
Hujan
yang turun hari ini sungguh memberikan semangat baru dalam hidup saya. memberikan sepercik pencerahan. Menuntut kita sebagai pemuda untuk bisa Memanfaatkan sebaik
mungkin masa muda yang kita miliki. Dan kita dituntut untuk bisa memaksimalkan
apa yang bisa kita lakukan. Mengajarkan kita untuk tidak terjebak pada sebuah
kesenangan saja.
OLEH: M.ADI
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yogyakarta
Fakultas Usuluddin Agidah dan Filsafat
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yogyakarta
Fakultas Usuluddin Agidah dan Filsafat
0 komentar