Translate

Tuesday, December 10, 2013

TEOLOGI HASAN HANAFI

TEOLOGI HASAN HANAFI
OLEH: M.ADI
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yogyakarta
Fakultas Usuluddin Aqidah dan Filsaf



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Teologi islam secara teoritis, menurut Hasan Hanafi, tidak bisa dibuktikan secara “ilmiah” maupun filosofis. Teologi yang bersifat dialektik lebih diarahkan untuk mempertahankan doktrin dan memelihara kemurniannya, bukan dialektika konsep tentang watak sosial dan sejarah, di samping bahwa ilmu kalam juga sering disusun sebagai persembahan kepada para penguasa, yang dianggap sebagai wakil Tuhan di bumi. Sedemikian, hingga pemikiran teologi lepas dari sejarah dan pembicaraan tentang manusia di samping cenderung sebagai legitimasi bagi status quo dari pada sebagian pembebas dan penggerak manusia ke arah kemandirian dan kesadaran.
Selanjutnya

Sunday, December 8, 2013

Catatan Wujud menurut Mulla Sardra

Catatan Wujud menurut Mulla Sardra
OLEH: M.ADI
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yogyakarta
Fakultas Usuluddin Agidah dan Filsaf
Mulla sardra adalah merupakan tokoh yang eksisitensialis, dia punnya anggapan eksistensi lebih mendahului esensi. Mengenai wujud menerut dia ada yang  Tasyakkil Wujud yang berarti ada “keragaman wujud”. Wujud yang mutlak adalah realitas atau kenyataan yang bertingkat-tingkat. Analogi ini adalah realitas yang bergradasi yang di kenal dengan Tasbihul Wujud ada kesrupaan wujud yang melalui pencerapan cahaya.
Wujud yang bertingkat-tingkat itu terus begrak. Bergerak keseluruhan semuanya berevolusi. Evolusi itu adalah Harakah Al-Jauhariyah stiap titik dalam wujud yang bertingkat-tingkat mengalami evolusi terus menerus  dalam suatu gerakan subtansial.
Ijtihad Al-Aqil Bi Al-Ma’kul, Gerakan ini adalah hubungan antara subyek dan obyek. Subyek, adalah Ruh Jiwa Atau Akal, sementara obyek adalah penegetahuan yang serapannya(I’lm). Jadi pertumbuhana ruh ditentukan oleh obyak-obyek penegetahuan yang dia pelajari. Jika dalam kehidupaanya manusia diisi dengan keburukan maka dalam hidupnya dia akan bergerak dalam kejahatan dan jika dalam obyek penegetahuannya diisi dengan kebaikan maka kehidupanya akan berjalan kearah yang lebih baik.
Tidak salah jika manusia yang hidup sekarang nantinya akan berjalan kearah kematian, jika dalam hidupnya dia melakukan kejahatan, itu nantinya akan beremanasi dalam kejahatan karena kehidupan manusia itu adalah gambaran bagi dirinya menuju evolusi yang selanjutnya yaitu kamatian.
Wahyu dan kenabian
Konsep wahyu dan kenabian menurut Mulla Sardra, seoerang mulla sardra  menegenai konsep kenbian, meneurut dia seorang nabi  setidaknya punya tiga karakter. Memeiliki kecerdasan teoritis Kamal Al Quwah Al Nazaryyah. Semepurna imajinasi Kamal Al Hayalyyah. Kamal Al Uluhiyyah. Tiga dimensi ketuhanan tersebut.  
Diaspora pejalanan manusia menuju yang haq
Al-Asfara Al-Arbaah
Perjalan pertama manusia menuju tuhan dia mengulas Syar Al-Haq Ila Haq, dimana manusia meningkatkan ralitas menembus tirai pembatas. Sayr Bi Al-Haq Fi Al-Haq, Menikmtai allah menyelami samudra hakita. Sayr Min Al Haq Ila Haq, Kembali ketengah semista nyata
 Sayr Fi Alhaq Bi Alhaqq, mewarnai dunia dg citra ilahiyah
Mengenai hari kebangkitan

Sardara memiliki tiga kosep kosmologi  alam Jabarut(alam fisik), Misaliyyah (intelektual). Dan Barzah. Badan yang ada dalam barzah menurut pandangan sardra. Singkatnya manusia itu berebentuk fisk  tapi sejatinya dia tetap non fisik subtansianya supra natura  atau immaterial. 
Selanjutnya

Thursday, December 5, 2013

Negara Setengah Asu

Negara Setengah Asu
OLEH: M.ADI
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yogyakarta
Fakultas Usuluddin Agidah dan Filsaf
FA(Filsafat Agama) begitulah kira-kira nama jurusan aku sekarang yang sebelumnya di kenal dengan AF (Aqidah Filsafat) ketidak jelasan prodi di tambah lagi dengan sistem pelajaran yang harus berubah,  membuat aku semakin tidak perca dengan pendidikan di Negeri ini. Mungkin saja aku sudah terjebak di negeri yang salah aku hidup di tengah kekerisisn para pejabat yang gila dengan kekuasaan dan gila dengan politik yang hanya bisa mendapatkan ang. Idealisme telah mereka tukar dengan kapitalisme yang ujung-ujungnya berorientasi pada uang.  
Kerisis  idealisme berdampak pada kebijakan yang menurut saya membuat pendidikan semakin carut-marut dan acak-acakan.Disamping perubahan jurusan telah mengaubah cara pandang dan corak pemikiran. hal ini mengakibatkan akan terlambatnya sistem KTSP. Dan tiadak jarang materi yang sebulumya menjdi materi wjib yang telah aku ambil ahirnya di hapus diganti dengan mata kuliah yang lain. Hal itu di sebabkan perubahan nam jurusan, yang implikasinya sangat besar. Yang embuat saya sangat kecewa kame harus menghapus materi yang telah aku ambil ahirnya di hpus dan di ganti di sesuaikan dg sistem yang telah menjadi keputusan mentri pendidikan di tiap prodi.
Bila aku mulai sedikit  mengenai pendidikan, ternyata pendidikan ini sudah menjadi candu, sistem pelajaran di negra ini  hanya menjadi proyek para Asu pendidik. Membuat mahasiswa menjadi semakin pinlan .
Entah arah pendidikan ini mau di bawa kemana namun yang jelas pendidikan di indonesia sampai hari ini belum punya jatidiri yang jelas sehingga negera kita jadi negara Asu yang ahanya biasa mengaung berargumen tanpa retorika yang jelas. Bukankah kita sering mendengar bahwa tujuan pendidika itu adalah untuk memanusiakan manusia. Tapi nyatanya samapai ahari ini manusia masih belum seutuh menjadi manusia kerena bagansa ini mendi negera yang bisanya hanya mengikor dan tidak punya jati diri.
Sistem pendidikan yang sudah seperti ini masih dapat pembenaran dari alih-alih kuasa Asu. Yang selalu menganggap dirinya menjadi elemin yang paling benar dan oknumya tidak pernah salah. Begitulah  mereka menganggap pendidikan yang mereka jalankan hari ini.

Hari ini bangsa indonesia telah berhasil menciptakan prodak manusia yang gagal. Menciptakan manusia yang tidak punya daya tawar. Kerena betapa malunya kita sebagai negra yag berkembang dan pendidiknya masih tak ubahnya dengan asu.   
Selanjutnya

Tuesday, November 26, 2013

Refleksi kebangkitan Islam Indonesia


Refleksi kebangkitan Islam Indonesia
OLEH: M.ADI
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yogyakarta
Fakultas Usuluddin Agidah dan Filsaf


Tulisan ini berkar dari tema diskusi dan kegelishan kawan-kawan di KomunItas mata pena,diskusi ini adalah meRupakan diskusi rutin yang kami lakukan di Kmonitas mata pena, Perum Dukuh Asri Bantul Yogya Karta tanggal 09 November 2013.
Seperti biasa semua peserta  Dalam permasalahan tersebut di wajibkan menulis hasil diskusi. Kegiatan diskusi tersebut  berlangung  sekitar jam 19.30-13.40 WIB.
Tulisan ini adalah merupakan tulisan yang sempat kami kirim kemedia tapi belum dapat respon dan dipublikasikan oleh media.
Katika kami mulai meneilik sejrah ternyata Sudah lebih dari seperempat abad kebangkitan Islam, namun tema ini tetap tidak jadi tema yang usang untuk dibicarakan. Islam sebagi Agama rohmatan lil-alamin sangat menarik perhatian para Analisis dan Aktivis dari pelbagai disiplin ilmu untuk mereka diskusikan dan perdebatkan.
Selanjutnya

Tuesday, June 25, 2013

Anomali

Anomali
Oleh M. Adi
Bantul Yogyakarat 26 juni 2013
Keitidak nyamanan dalam berakulturasi dengan suabuah lingkungan, sudah menjadi sebuah kenyataan dalam hidup. Tapi terkadang hidup itu selalu memaksa kita untuk bisa menyesuaikan diri. Walaupun sebenarnya hati kita menulak kita akan selau dipaksa untuk bisa beradabtasi. Ketidaksesuaian dengan suatu kenyamanan di sekitar tersebut adalah sejenis penyakit denga tingkat virus yang sulit diukur menggunakan skala apa pun. Tingkat kesamaan bukan hanya sebagai ukuran; identitas terluar di tengah kerumunan banyak hal: waktu, tempat, dan bermacam aktivitas. Lebih dari itu, bentuk yang utama adalah pertahanan aktualisasi diri: siapakah diri kita?
Selanjutnya

Friday, May 24, 2013

Hancurkan saja


Hancurkan saja
OLEH: M.ADI
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yogyakarta
Fakultas Usuluddin Agidah dan Filsaf


Ingin aku bajak heningnya malam ini
Agar riuh memecah ketenangan
Manusia yang nestapa ini heran
Baiar guntur suramu dapat berteriak jangan
Jagan kau bumbuhi malam ini dengan ketenangan hampa
Pecahkan saja
Pecahkan saja dengan guntur suramu
Jangan kamu hanya termangu
Melihat  keedanan negra ini
Hancurkan saja
Hancurkan saja para robot negara yang hanya menganga itu
Yang tak siap mengantarakan negeri ini pada gerbang kedamaian
Hancurkan saja
Yogyakarta 09-04-2013
Selanjutnya

Purnama malam ini luka


Purnama malam ini luka
OLEH: M.ADI
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yogyakarta
Fakultas Usuluddin Agidah dan Filsaf


Luka yang terlukis di wajahmu penuh dengan bercak darah
Ingin aku tumpahakan langit, biara langit itu berhenti memancarkan cahaya,
Kerana lukisan pilu itu masih membekas di atap langit tak bernyawa
Nyawa yang sempat aku tanam itu akan menjadi saksi bercak darah di malam ini
Perselingkuhan malam purnama yang penuh dengan derai air mata,
Air mata yang menites di wajahmu itu adalah luka
Neraka yang aku ciptakan untuk diriku, seindah surga yang telah aku ciptakan
Tapi paruh dan gumam malam purnama ini sungguh tidak sempurna
Sesempurna malam yang telah aku lukiskan bersama bercak darah di malam purnama ini
aku sadar malam ini tak seindah purnama
perselingkuhan purnama itu telah melahirkan luka 
Selanjutnya

Thursday, May 23, 2013

KITAB HADIST NON INDUK


KITAB HADIST NON INDUK
(Al-Hakim Dan Ibnu Hibban)
OLEH: M.ADI
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yogyakarta
Fakultas Usuluddin Agidah dan Filsaf
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Pengantar
Kita telah ketahui bersama bahwa Kodifikasi hadis telah dimulai pada akhir abad pertama hijrah terutama oleh Ibnu syihab al-Zhuhri ( 124 H/742 M), Namun usaha kodifikasi hadis baru sangat gencar dilakukan oleh ulama hadis pada abad ke-2 dan ke-3 Hijrah. Pada abad kedua kitab hadis paling populer adalah kitab al-Muwaththa` susunan Imam Malik ibn Anas (179 H/795 M), Kemudian pada abad ke-3 H, kodifikasi hadis mengalami masa puncaknya, Pada masa ini bermunculan sejumlah ulama hadis terkenal sebagai penyusun kitab hadis, Walaupun abad ke-3 ini merupakan puncak penyusunan kitab hadis sehingga kita kenal dengan sebutan kutub al-sittah, namun ternyata kitab-kitab hadis itu terutama kutub al-sittah belum dapat menampung, merangkum dan menampilkan semua hadis Nabi baik kuantitas maupun kualitasnya.[1]Salah seorang pakar hadis yang menarik pada abad ke-4 H ini adalah al-Hakim al-Naysaburi dengan karya monumentalnya al-Mustadrak ‘ala al-Shahihain dan juga karangan ibnu hibban yaitu as-Sahih Ibnu Hibban  karena kontroversi sekitar dirinya baik pada sosok pribadinya, metodenya maupun pada kitab hadis yang disusunnya,
Selanjutnya

BIOGRAFI DAN SEJARAH KEHIDUPAN (Bukhari, Muslim,Tirmidzi,Nasai’)



BIOGRAFI DAN SEJARAH KEHIDUPAN
(Bukhari, Muslim,Tirmidzi,Nasai’)
OLEH: M.ADI
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yogyakarta
Fakultas Usuluddin Agidah dan Filsaf
BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar belakang masalah
Salah satu usaha kita semua mengetahui sejarah hidup , dan perjalanan seorang perawi  dalam mendalami ilmu hadist  adalah dengan kita belajar biografi dan mengetahui segala perjalanan hidupnya di dalam belajar , menghafal, dan menulis hadist . Dalam realita kehidupan saat ini. Kebanyakan orang yang belajar hadist hanya mengetahui hadist-hadist yang di riwayatkan oleh para perowi aja. Akan tetapi hanya sebagian orang yang menegetahui sejarah perjalanan dan biografi para perawi. Maka sangat di butuhkannya kita belajar biografi dan perjalanan hidupnya para perawi.  
Selanjutnya

EMPIRISME


EMPIRISME
OLEH: M.ADI
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yogyakarta
Fakultas Usuluddin Agidah dan Filsafa
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Empirisme adalah mrupakan aliran filsafat yang mencoba mengkeritk aliran rasionalisme. Filsafat Yunani klasik merupakan permulaan dari pemikiran filsafat atau pembahasan filsafat secara spekulatif rasional dan irrasional dogmatis. Filsafat Yunani klasik merupakan contoh ilustrasi pemikiran dan pembahasan masalah filsafat secara sistematis dan lengkap dan berlaku sampai sekarang[1].Berbagai pemikiran tentang filsafat mengalami kemajuan pada masa Renaissance. Memasuki abad ke-17 beberapa filosuf mencapai penyempurnaan dan kedewasaan pemikiran. Pengaruhnya sangat besar bagi pemikiran-pemikiran filsafat pada masa berikutnya.
Adapun aliran empirisme berpendapat bahwa empirik atau pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan baik pengalaman yang batiniyah maupun yang lahiriayah. Akal bukan menjadi sumber pengetahuan, akan tetapi akal mendapatkan tugas untuk mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman.Semula aliran ini seperti masih menganut semacam realisme yang naif yang menganggap bahwa pengenalan yang diperoleh melalui pengalaman tanpa penyelidikan lebih lanjut telah memiliki nilai yang obyektif. Akan tetapi kemudian nilai pengenalan yang diperoleh memalui pegalaman itu sendiri dijadikan sasaran atau obyek penelitaian. Aliran ini muncul di Inggris pada awalnya dipelopori Francis Bacon (1531-1626). Pada perkebangannya dilanjutkan oleh tokoh-tokoh pasca Descartes seperti Thomas Hobbes (1588-1679), John Locke (1632-1704), Berkeley (1685-1753), dan yang terpenting adalah David Hume (1711-1776).[2]
Selanjutnya

Wednesday, April 10, 2013

PENDIDIKAN ISLAM DALAM TINJAUAN ONTOLOGIS



PENDIDIKAN ISLAM DALAM TINJAUAN ONTOLOGIS 
OLEH: M.ADI
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yogyakarta
Fakultas Usuluddin Agidah dan Filsafa
A.    Pedahuluan
Pendidikan adalah proses, bukan aktivitas spontan yang sekali jadi. Sebagai sebuah proses, maka hakekat pendidikan adalah rangkain aktivitas terprogram, terarah dan berkesinambungan. Ada berbagai komponen yang berfungsi sebagai penopang  terlaksananya aktivitas pendidikan secara efektif dan efisien. Komponen-komponen itu saling berhubungan dan memiliki kebergantungan satu sama lain. oleh karenanya, dapatlah dikatakan bahwa pendidikan adalah kumpulan aktivitas dalam sebuah sistem.
Selanjutnya

Monday, April 1, 2013

Mncintai Sebuah Perbedaan

Kehidupan Ini Mustahil Berjalan Tanpa Adanya Sebuah Perbedaan
OLEH: M.ADI
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yogyakarta
Fakultas Usuluddin Agidah dan Filsafa
Sering kita melewatkan Peristiwa penting dalam kehidupan ini. Terkadang kita merasa sudah terbiasa dengan semua apa yang telah terjadi dalam kehidupan kita. Bahkan kadang kita melupakan apa yang baru saja kita lakukan dan apa yang terjadi dalm hidup ini semuanya dibiarkan berlalu begitu saja. Sedangkan kalau kita amati peristiwa yang terjadi dalam hidup ini penuh degan keberagaman, begitu pula cara orang mempertahankan hidupnya di dunia ini, mereka mempertahankan keberalangsungan hidupnya dengan cara yang beragam pula, ada yang menjual Roti ada pula yang menjual  Bakso,tukakang becak ada tukang Salaes, ada Guru, Dosen dll mereka semua mempertahankan keberlangsungan hidupnya dengan cara yang berbeda dan kapsitas yang meraka miliki berbeda pula, sehingga hasil yang mereka peroleh berbeda pula.
Hal itu, menggambarkan betapa agungnya tuhan menciptakan kemampuan manusia yang berbeda sehingga semua kehidupan dalam dunia ini berjalan dengan teratur. perjalanan dari UIN-SUKA (Uneversitas Sunan Kalijaga Yogyakarata) menuju KOMUNITAS MATA PENA Kota Bantul yogyakarta membuat mataku terbelalak melihat periswtiwa yang ada di dunia ini.
Membawa aku tuk sejenak berpikir bagaimana kalau seandainya tuhan menciptakan kemampuan manusia dangan kemampuan yang sama. Niscaya dunia ini penuh dengan keributan karena semua orang akan beretengkar dan saling tikam-menikam untuk menjadi yang terbaik dalam satu bidang yang di ciptakan oleh tuhan
Jika perbedaan dalam dunia ini tidak ada. dalam bayangan saya kehidupan di muka bumi ini tidak akan peranah ada dan berajalan seperti yang kita rasakan sekarang. Tidak boleh kita pungkiri kalau seandainya manusia yang ada itu sama lalu siapa yang akan membedakan antara aku kamu, engkau dan kalian.
Namun dewasa  ini gambaran yang ada dalam pikiran saya, bahkan dalam pikiran anda sekalian yang mengaku dirinya mau menegakkan sebuah kebenaran mereka selalu menyalahkan orang yang berbeda pandangan yang berbeda pemikiran sering kali di anggap kafir. Da di kecam masuk neraka bahkan halal darahnya untuk kita bunuh.
Lalu jika pandangan demikian yang terjadi sebenarnya siapa yang kafir, siapa yang harus di masukkan kedalam neraka. Siapa yang benar dan siapa y ang bersalah tentunya mereka menjawab saya yang benar dan mereka yang salah saya kira semua golongan akan menganggap dirinya benar dan cenderung menyalahkan yang lain.
Tapi pemikiran saya semakin  ketika mereka kurang menghargai sebuah adanya perbedaan kenapa mereka tidak menciptakan keteraturan dalam hidup ini mengapa mereka tidak pernah melihat bahwa diriny lahir kedunia telah dilahirakan degan sebuah perbedaan, beda dari ayahnya beda dari ibunya bahkan terkadang tidak ada kesamaan sama sekali dengan orang tua yang melahirkan mereka.Tapi kenapa mereka tidak menghargai sebuah perbedaan. Tapi mereka malah menghalalkan adanya sebuah pembunuhan ketika tidak sepaham degan mereka.
Paham yang demikina heamt saya kurang benar dan sangat membahayakan terhadap keberlangsungan ummat manusia yang tentram dan damai. Mereka telah mengundang keresahan dari semuan elemin kehidupan di muka bumi. 
Selanjutnya

Monday, March 25, 2013

Pemikiran Teologi/Kalam Khawarij II/al- Jaridah, al-Sufri’ah, al-Ibadiah

Pemikiran Teologi/Kalam Khawarij II/al- Jaridah,
al-Sufri’ah, al-Ibadiyah


OLEH: M.ADI
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yogyakarta
Fakultas Usuluddin Agidah dan Filsafa
A.Pendahuluan
Bukti sejarah mengatakan ketika Nabi Muhammad SAW. masih hidup, umat Islam dalam keadaan damai dan tenang. Hal itu dikarenakan pada masa itu segala persoalan, perbedaan pendapat, dan perselisihan yang terjadi dalam tubuh umat Islam dapat di atasi dan diselesaikan Nabi sendiri melalui wahyu,ijtihad dan permusyawaratan dengan para sahabat. Permasalahan umat Islam muncul setelah Nabi Muhammad SAW. wafat.
Selanjutnya

Saturday, March 16, 2013

Sepercik Pencerahan dibalik Hujan


Sepercik Pencerahan dibalik Hujan
Dinding  jam menunjukkan 12.30 WIB. Hujan terus mengguyur kota Yogyakarta, sementara Nenek tua pemulung  sampah yang sekitar paruh baya itu terus menyusuri guyuran Hujan, memilih puing-puing sampah dan kaleng plastik untuk  dia  kumpulkan,  dia terus berjalan mendaki jalan untuk sekedar mencari sebuah bekas kaleng di tempat sampah.
Sementara kelompok pemuda ngumpul di tempat ngopi Tepatnya di Belandongan (Tempat ngopi yang ada disebelah Selatan Rel Kereta). Pemuda yang ada disana tertawa ria bercanda dengan teman-temannya .
Namun Nenek tua itu,  terus berjalan di tengah derasnya guyuran hujan. jalannya sudah membungkuk, menandakan ketidak sanggupanya memikul berat beban sampah yang sedang dia letakkan di pinggulnya, jalannya sudah membungkuk.  Seakan dia letih mejalani beban hidup yang dia derita. Dia seakan tidak bisa menanggung lara yang sedang disandangnya.
Beban yang dibawanya membuat jalannya tertatih-tatih. Sedangkan sekelompok pemuda itu tetap setia menemani Kopi hangat dan sebatang rokok yang membuat suasan kelompok mereka. Semakin lama semakin hangat saja menikmati kopi dan sebatang rokok yang dia nyalakan meniupkan asap yang membuat tempat mereka penuh dengan asap rokok yang sedang mereka nik mati.
Sementara si Nenek tua itu.  Tetap bersemangat mencari bekas barang  yang ada di tumpukan sampah.  Dia sabar dalam  menyisir tumpukan sampah yang seaakan mulai mengunung. Sampai se-sekali dia memasukkan kaleng Air Aqua yang berukuran 1 liter kedalam kantong yang ada di punggungya.
Membuat dia semakin sulit untuk mejalankan kakinya, berselang kemudian seorang pengamin paruh baya datang juga ketempat pemuda ngopi.  Pengamin itu memainkan gitar yang sedang dia bawanya. Setelah  dia memainkan gitar dan melantunkan lagu dia menyulurkan tangannya untuk meminta dan mengumpulkan uang recehan yang diberikan oleh pemuda yang sedang  ngopi.
Sementara pakaian yang dia pakai sudah basah kuyup. Dan hujan semakin deras mengguyur tubuhnya. Desiran angin yang ada diluar sana semakin dingin ikut menghempas tubuh. pengamin tersebut terlihat menggigil kedinginan akibat guyuran air hujan yang sedang membasahinya.
Gitar yang dibawanya juga ikut basah, tapi dia tetap sabar memainkan musik, sambil se-sekali dia mengusap air hujan yang mengenai mukanya. Dia seakan tidak kenal lelah untuk mendapatkan sedikit uang dari orang  yang  murah hati memberikannya uang. Dia harus bisa mengumpulkan uang recehan untuk mendaptkan sesuap nasi.
Menurut  saya ketiga contoh ditas  tersebut adalah merupakan kejadian yang dapat menginspirasi kita, dapat membuat kita berpikir batapa orang diluar sana sedang semangat dalam menjalani hidup. Sementara yang muda seperti kita hanya dapat berkelana dalam sebuah kenikmatan hidup. Kita hanya dapat bersenag-senang dalam menjalani hidup.
Hujan yang turun hari ini sungguh memberikan semangat baru dalam hidup saya. memberikan sepercik pencerahan. Menuntut kita sebagai pemuda untuk bisa Memanfaatkan sebaik mungkin masa muda yang kita miliki. Dan kita dituntut untuk bisa memaksimalkan apa yang bisa kita lakukan. Mengajarkan kita untuk tidak terjebak pada sebuah kesenangan saja.


OLEH: M.ADI
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yogyakarta
Fakultas Usuluddin Agidah dan Filsafat
Selanjutnya

Tuesday, March 12, 2013

MEMBANGUN BANGSA DENGAN IDEOLOGI MASYARAKAT MADANI

MEMBANGUN BANGSA DENGAN IDEOLOGI MASYARAKAT MADANI

OLEH: M.ADI
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yogyakarta
Fakultas Usuluddin Agidah dan Filsafat

BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG MASALAH
Dewasa ini bangsa kita sudah diambang kehancuran yang sangat serius, mulai dari munculnya gerakan Radikalisme, Sekularisme Terorisme dan isme-isme lain yang tujuan mereka memperburk kondisi bangsa ini mulai bermunculan, konsep adanya Masyarakat madani ini merupakan penwaran bagi ada nya sebuah kesaejahteraan bangsa ini.   Penerjemahan  istilah dari konsep civil society yang pertama kali digulirkan oleh Dato Seri Anwar Ibrahim dalam ceramahnya pada simposium Nasional dalam rangka forum ilmiah pada acara festival istiqlal, 26 September 1995 di Jakarta. Konsep yang diajukan oleh Anwar Ibrahim ini hendak menunjukkan bahwa masyarakat yang ideal adalah kelompok masyarakat yang memiliki peradaban maju. Lebih jelas Anwar Ibrahim menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat madani adalah sistem sosial yang subur yang diasaskan kepada prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan perorangan dengan kestabilan masyarakat.
Menurut Quraish Shibab, masyarakat Muslim awal disebut umat terbaik karena sifat-sifat yang menghiasi diri mereka, yaitu tidak bosan-bosan menyeru kepada hal-hal yang dianggap baik oleh masyarakat selama sejalan dengan nilai-nilai Allah (al-ma’ruf) dan mencegah kemunkaran. Selanjutnya Shihab menjelaskan, kaum Muslim awal menjadi “khairu ummah” karena mereka menjalankan amar ma’ruf sejalan dengan tuntunan Allah dan rasul-Nya. (Quraish Shihab, 2000, vol.2: 185).
Kita juga harus meneladani sikap kaum Muslim awal yang tidak mendikotomikan antara kehidupan dunia dan akhirat. Mereka tidak meninggalkan dunia untuk akhiratnya dan tidak meninggalkan akhirat untuk dunianya. Mereka bersikap seimbang (tawassuth) dalam mengejar kebahagiaan dunia dan akhirat. Jika sikap yang melekat pada masyarakat Madinah mampu diteladani umat Islam saat ini, maka kebangkitan Islam hanya menunggu waktu saja.Konsep masyarakat madani adalah sebuah gagasan yang menggambarkan maasyarakat beradab yang mengacu pada nila-inilai kebajikan dengan mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip interaksi sosial yang kondusif bagi peneiptaan tatanan demokratis dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
BAB II
PENGERTIAN DAN PEMBAHASAN  MASYARAKAT MADANI
A.    PENGERTIAN MASYARAKAT MADANI

Penegrtiam tentang masyarakat madani Civic society diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan sebutan masyarakat sipil atau masyarakat madani. Kata madani berasal dari kata Madinah, yaitu sebuah kota tempat hijrah Nabi Muhammad SAW. Madinah berasal dari kata “madaniyah” yang berarti peradaban. Oleh karena itu masyarakat madani berarti masyarakat yang beradap. Masyarakat madani adalah sebuah tatanan masyarakat sipil (civil society) yang mandiri dan demokratis, masyarakat madani lahir dari proses penyemaian demokrasi, hubungan keduanya ibarat ikan dengan air, bab ini membahas tentang masyarakat madani yang umumnya dikenal dengna istilah masyarakat sipil (civil society), pengertiannya, ciri-cirinya, sejaraha pemikiran, karakter dan wacana masyarakat sipil di Barat dan di Indonesia serta unsur-unsur di dalamnya
Menurut Nurcholis Madjid, masyarakat madani adalah masyarakat yang merujuk pada masyarakat Islam yang pernah dibangun Nabi Muhammad SAW di Madinah, sebagai masyarakat kota atau masyarakat berperadaban dengan ciri antara lain : egaliteran(kesederajatan), menghargai prestasi, keterbukaan, toleransi dan musyawarah.
Menurut Ernest Gellner, Civil Society atau Masyarakat Madani merujuk pada mayarakat yang terdiri atas berbagai institusi non pemerintah yang otonom dan cukup kuat untuk dapat mengimbangi Negara.
Menurut Cohen dan Arato, Masyarakat Madani adalah suatu wilayah interaksi sosial diantara wilayah ekonomi, politik dan Negara  yang didalamnya mencakup semua kelompok-kelompok sosial yang bekerjasama membangun ikatan-ikatan sosial diluar lembaga resmi, menggalang solidaritas kemanusiaan, dan mengejar kebaikan bersama.
Menurut Muhammad AS Hikam, Masyarakat Madani adalah wilayah-wilayah kehidupan sosial yang terorganisasi dan bercirikan antara lain kesukarelaan (voluntary), keswasembadaan (self-generating), keswadayaan (self-supporing),dan kemandirian yang tinggi berhadapan dengan negara, dan keterikatan dengan norma-norma dan nilai-nilai hukum yang diikuti oleh warganya.
         
B.    KONSEP TENTANG MASYARAKAT MADANI
Konsep “masyarakat madani” merupakan penerjemahan atau pengislaman konsep “civil society”. Orang yang pertama kali mengungkapkan istilah ini adalah Anwar Ibrahim dan dikembangkan di Indonesia oleh Nurcholish Madjid. Pemaknaan civil society sebagai masyarakat madani merujuk pada konsep dan bentuk masyarakat Madinah yang dibangun Nabi Muhammad. Masyarakat Madinah dianggap sebagai legitimasi historis ketidakbersalahan pembentukan civil society dalam masyarakat muslim modern.
Makna Civil Society “Masyarakat sipil” adalah terjemahan dari civil society. Konsep civil society lahir dan berkembang dari sejarah pergumulan masyarakat. Cicero adalah orang Barat yang pertama kali menggunakan kata “societies civilis” dalam filsafat politiknya. Konsep civil society pertama kali dipahami sebagai negara (state). Secara historis, istilah civil society berakar dari pemikir Montesque, JJ. Rousseau, John Locke, dan Hubbes. Ketiga orang ini mulai menata suatu bangunan masyarakat sipil yang mampu mencairkan otoritarian kekuasaan monarchi-absolut dan ortodoksi gereja (Larry Diamond, 2003: 278).
Antara Masyarakat Madani dan Civil Society sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, masyarakat madani adalah istilah yang dilahirkan untuk menerjemahkan konsep di luar menjadi “Islami”. Menilik dari subtansi civil society lalu membandingkannya dengan tatanan masyarakat Madinah yang dijadikan pembenaran atas pembentukan civil society di masyarakat Muslim modern akan ditemukan persamaan sekaligus perbedaan di antara keduanya.
Perbedaan lain antara civil society dan masyarakat madani adalah civil society merupakan buah modernitas, sedangkan modernitas adalah buah dari gerakan Renaisans; gerakan masyarakat sekuler yang meminggirkan Tuhan. Sehingga civil society mempunyai moral-transendental yang rapuh karena meninggalkan Tuhan. Sedangkan masyarakat madani lahir dari dalam buaian dan asuhan petunjuk Tuhan. Dari alasan ini Maarif mendefinisikan masyarakat madani sebagai sebuah masyarakat yang terbuka, egalitar, dan toleran atas landasan nilai-nilai etik-moral transendental yang bersumber dari wahyu Allah (A. Syafii Maarif, 2004: 84).
Masyarakat madani merupakan konsep yang berwayuh wajah: memiliki banyak arti atau sering diartikan dengan makna yang beda-beda. Bila merujuk kepada Bahasa Inggris, ia berasal dari kata civil society atau masyarakat sipil, sebuah kontraposisi dari masyarakat militer. Menurut Blakeley dan Suggate (1997), masyarakat madani sering digunakan untuk menjelaskan “the sphere of voluntary activity which takes place outside of government and the market.” Merujuk pada Bahmueller (1997).
Konsep Masyarakat Madani semula dimunculkan sebagai jawaban atas usulan untuk meletakkan peran agama ke dalam suatu masyarakat Multikultural. Multikultural merupakan produk dari proses demokratisasi di negeri ini yang sedang berlangsung terus menerus yang kemudian memunculkan ide pluralistik dan implikasinya kesetaraan hak individual. Perlu kita pahami, perbincangan seputar Masyarakat Madani sudah ada sejak tahun 1990-an, akan tetapi sampai saat ini, masyarakat Madani lebih diterjemahkan sebagai masyarakat sipil oleh beberapa pakar Sosiologi. Untuk lebih jelasnya, kita perlu menganalisa secara historis kemunculan masyarakat Madani dan kemunculan istilah masyarakat Sipil, agar lebih akurat membahas tentang peran agama dalam membangun masyarakat bangs.Rambu-rambu tersebut dapat menjadi jebakan yang menggiring masyarakat menjadi sebuah entitas yang bertolak belakang dengan semangat negara-bangsa:
1. Sentralisme versus lokalisme. Masyarakat pada mulanya ingin mengganti prototipe pemerintahan yang sentralisme dengan desentralisme. Namun yang terjadi kemudian malah terjebak ke dalam faham lokalisme yang mengagungkan mitos-mitos kedaerahan tanpa memperhatikan prinsip nasionalisme, meritokrasi dan keadilan sosial.
2. Pluralisme versus rasisme. Pluralisme menunjuk pada saling penghormatan antara berbagai kelompok dalam masyarakat dan penghormatan kaum mayoritas terhadap minoritas dan sebaliknya, yang memungkinkan mereka mengekspresikan kebudayaan mereka tanpa prasangka dan permusuhan. Ketimbang berupaya untuk mengeliminasi karakter etnis, pluralisme budaya berjuang untuk memelihara integritas budaya. Pluralisme menghindari penyeragaman. Karena, seperti kata Kleden (2000:5), “…penyeragaman adalah kekerasan terhadap perbedaan, pemerkosaan terhadap bakat dan terhadap potensi manusia.”
Sebaliknya, rasisme merupakan sebuah ideologi yang membenarkan dominasi satu kelompok ras tertentu terhadap kelompok lainnya. Rasisme sering diberi legitimasi oleh suatu klaim bahwa suatu ras minoritas secara genetik dan budaya lebih inferior dari ras yang dominan. Diskriminasi ras memiliki tiga tingkatan: individual, organisasional, dan struktural. Pada tingkat individu, diskriminasi ras berwujud sikap dan perilaku prasangka. Pada tingkat organisasi, diskriminasi ras terlihat manakala kebijakan, aturan dan perundang-undangan hanya menguntungkan kelompok tertentu saja. Secara struktural, diskriminasi ras dapat dilacak manakala satu lembaga sosial memberikan pembatasan-pembatasan dan larangan-larangan terhadap lembaga lainnya.
3. Elitisme dan communalisme. Elitisme merujuk pada pemujaan yang berlebihan terhadap strata atau kelas sosial berdasarkan kekayaan, kekuasaan dan prestise. Seseorang atau sekelompok orang yang memiliki kelas sosial tinggi kemudian dianggap berhak menentukan potensi-potensi orang lain dalam menjangkau sumber-sumber atau mencapai kesempatan-kesempatan yang ada dalam masyarakat
Masyarakat madani sejatinya bukanlah konsep yang ekslusif dan dipandang sebagai dokumen usang. Ia merupakan konsep yang senantiasa hidup dan dapat berkembang dalam setiap ruang dan waktu. Mengingat landasan dan motivasi utama dalam masyarakat madani adalah Alquran.Meski Alquran tidak menyebutkan secara langsung bentuk masyarakat yang ideal namun tetap memberikan arahan atau petunjuk mengenai prinsip-prinsip dasar dan pilar-pilar yang terkandung dalam sebuah masyarakat yang baik. Secara faktual, sebagai cerminan masyarakat yang ideal kita dapat meneladani perjuangan rasulullah mendirikan dan menumbuhkembangkan konsep masyarakat madani di Madinah.Prinsip terciptanya masyarakat madani bermula sejak hijrahnya Nabi Muhammad Saw. beserta para pengikutnya dari Makah ke Yatsrib. Hal tersebut terlihat dari tujuan hijrah sebagai sebuah refleksi gerakan penyelamatan akidah dan sebuah sikap optimisme dalam mewujudkan cita-cita membentuk yang madaniyyah (beradab).
Selang dua tahun pasca hijrah atau tepatnya 624 M, setelah Rasulullah mempelajari karakteristik dan struktur masyarakat di Madinah yang cukup plural, beliau kemudian melakukan beberapa perubahan sosial. Salah satu di antaranya adalah mengikat perjanjian solidaritas untuk membangun dan mempertahankan sistem sosial yang baru. Sebuah ikatan perjanjian antara berbagai suku, ras, dan etnis seperti Bani Qainuqa, Bani Auf, Bani al-Najjar dan lainnya yang beragam saat itu, juga termasuk Yahudi dan Nasrani.
Dalam pandangan penulis, setidaknya ada tiga karakteristik dasar dalam masyarakat madani. Pertama, diakuinya semangat pluralisme. Artinya, pluralitas telah menjadi sebuah keniscayaan yang tidak dapat dielakkan sehingga mau tidak mau, pluralitas telah menjadi suatu kaidah yang abadi dalam pandangan Alquran. Pluralitas juga pada dasarnya merupakan ketentuan Allah SWT (sunnatullah), sebagaimana tertuang dalam Alquran surat Al-Hujurat (49) ayat 13.
Dengan kata lain, pluralitas merupakan sesuatu yang kodrati (given) dalam kehidupan. Dalam ajaran Islam, pluralisme merupakan karunia Allah yang bertujuan mencerdaskan umat melalui perbedaan konstruktif dan dinamis. Ia (pluralitas) juga merupakan sumber dan motivator terwujudnya vividitas kreativitas (penggambaran yang hidup) yang terancam keberadaannya jika tidak terdapat perbedaan (Muhammad Imarah:1999).Satu hal yang menjadi catatan penting bagi kita adalah sebuah peradaban yang kosmopolit akan tercipta manakala umat Islam memiliki sikap inklusif dan mempunyai kemampuan (ability) menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar. Namun, dengan catatan identitas sejati atas parameter-parameter autentik agama tetap terjaga.
Kedua, adalah tingginya sikap toleransi (tasamuh). Baik terhadap saudara sesama Muslim maupun terhadap saudara non-Muslim. Secara sederhana toleransi dapat diartikan sebagai sikap suka mendengar dan menghargai pendapat dan pendirian orang lain. Senada dengan hal itu, Quraish Shihab (2000) menyatakan bahwa tujuan Islam tidak semata-mata mempertahankan kelestariannya sebagai sebuah agama. Namun juga mengakui eksistensi agama lain dengan memberinya hak hidup, berdampingan seiring dan saling menghormati satu sama lain. Sebagaimana hal itu pernah dicontohkan Rasulullah Saw. di Madinah. Setidaknya landasan normatif dari sikap toleransi dapat kita tilik dalam firman Allah yang termaktub dalam surat Al-An’am ayat 108.
Ketiga, adalah tegaknya prinsip demokrasi atau dalam dunia Islam lebih dikenal dengan istilah musyawarah. Terlepas dari perdebatan mengenai perbedaan konsep demokrasi dengan musyawarah, saya memandang dalam arti membatasi hanya pada wilayah terminologi saja, tidak lebih. Mengingat di dalam Alquran juga terdapat nilai-nilai demokrasi (surat As-Syura:38, surat Al-Mujadilah:11).
    Ketiga konsep diatas tersebut semoga dapat meberikan pemahaman baru tentang konsep negra yang yang dicita-citakan negra ini akan mapu terwujud, sehingga semangat kenegaraan dan kemajuan negara kita ini bisa tercipta. Maka diperlukan semangat bersama dalam rangka menwujudkan masyarakat madani yang bisa mengusung bagi terciptanya cita-cita suatu bangsa. Sehingga negra ini mencapai kemajuan yang signifikan diperlukan sumberdaya manusia yang mumpuni agar keterbelakangan yang ada di negara ini bisa diminimalisir. 

BAB III
KESIMPULAN
Dalam rangka mewujudkan masyarakat madani agar tercipta kesejahteraan umat maka kita sebagai generasi penerus supaya dapat membuat suatu perubahan yang signifikan. Selain itu, kita juga harus dapat menyesuaikan diri dengan apa yang sedang terjadi di masyarakat sekarang ini. Maka diharapkan kepada kita semua baik yang tua maupun yang muda agar dapat mewujudkan masyarakat madani di negeri kita yang tercinta ini yaitu Indonesia.
Yakni melalui peningkatan kualiatas sumber daya manusia, potensi, perbaikan sistem ekonomi, serta menerapkan budaya zakat, infak, dan sedekah. Insya Allah dengan menjalankan syariat Islam dengan baik dan teratur kita dapat memperbaiki kehidupan bangsa ini secara perlahan. Demikianlah makalah rangkuman materi yang dapat kami sampaikan pada kesempatan kali ini. Semoga di dalam penulisan ini dapat dimengerti kata-katanya sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman di masa yang akan datang
DAFTAR PUSTAKA
Sutianto, Anen. 2004. Reaktualisasi Masyarakat Madani Dalam Kehidupan. Pikiran Rakyat: Bandung.
Suryana, A. Toto, dkk. 1996. Pendidikan Agama Islam. Tiga Mutiara: Bandung
Sudarsono. 1992. Pokok-pokok Hukum Islam. Rineka Cipta: Jakarta.
Suito, Deny. 2006. Membangun Masyarakat Madani. Centre For Moderate Muslim Indonesia: Jakarta.
Mansur, Hamdan. 2004. Materi Instrusional Pendidikan Agama Islam. Depag RI: Jakarta.
Suharto, Edi. 2002. Masyarakat Madani: Aktualisasi Profesionalisme Community Workers Dalam Mewujudkan Masyarakat Yang Berkeadilan. STKS Bandung: Bandung.
Sosrosoediro, Endang Rudiatin. 2007. Dari Civil Society Ke Civil Religion. MUI: Jakarta.
Selanjutnya

METODE KEILMUAN BARAT DAN ISLAM

METODE KEILMUAN BARAT DAN ISLAM

OLEH: M.ADI
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yogyakarta
Fakultas Usuluddin Agidah dan Filsafat

A.    Pendahuluan
Pengetahuan merupakan produk kegiatan berpikir yang berangkat dari pertanyaan sederhana, yaitu: apakah yang ingin kita ketahui? Bagaimana cara kita memperoleh pengetahuan? Dan apakah nilai pengetahuan tersebut bagi kita? Dalam perkembangannya, pertanyaan-pertanyaan ini melahirkan Ilmu.
Memahami hakekat ilmu berarti memberikan apresiasi terhadap ilmu secara utuh, kekurangan dan kelebihannya. Ilmu memang telah memberikan kebenaran namun kebenaran keilmuan bukanlah satu-satunya kebenaran. Seyogyanya kita jangan sampai mendewa-dewakan ilmu sebagai satu-satunya kebenaran atau malah berpaling muka darinya karena takut akan ekses negatif dari ilmu.
Selanjutnya

KAJIAN AL-JARH WA AT-TA’DIL TERHADAP ULAMA HADIS

KAJIAN  AL-JARH WA AT-TA’DIL TERHADAP ULAMA HADIS

OLEH: M. ADI
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yogyakarta
Fakultas Usuluddin Agidah dan Filsafat

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
Sebagai umat islam yang haus akan ilmu pengetahuan tentunya kita dalam menjalani hidup ini tidak akan pernah mengalami kepuasandalam bidang ilmu pengetahuan apapun. Tapi tuntunya kita tidak bisa lepas dengan dua perkara yang menjadi pegangan hidup, yaitu Al-qur’an dan Sunnah. Al-qur’an yang notabene adalah kalam Allah telah dijamin kemurnian dan keabsahannya, ya’ni al-qur’an shahi likulli zamanin wamakan. karena Al-qur’an diturunkan secara mutawatir. Sedangkan Sunnah atau sabda Rasul tidak semuanya berpredikat mutawatir, sehingga tidak semua hadis bisa diterima, karena belum tentu setiap hadis itu berasal dari Rasulullah. Oleh karenanya muncullah ilmu yang berkaitan dengan hadis atau biasa disebut dengan istilah ‘Ulumul Hadits. Dari berbagai macam cabang ilmu yang berkaitan dengan hadis, ada satu ilmu yang membahas tentang keadaan perawi dari segi celaan dan pujian,yaitu ilmu al-jarh wa ta’dil. Dari ilmu inilah kita bisa mengetahui komentar-komentar para kritikus hadis tentang keadaan setiap perawi, apakah diterima (maqbul) atau ditolak (mardud) sehingga nantinya bisa ditentukan status dan derajat hadis yang diteliti oleh perawi tersebut.
Dari sinilah kita sebagai umat islam yang peduli dengan khazanah keilmuan yang telah diwariskan dari para ulama-ulama terdahulu perlu mempelajari atau paling tidak mengetahui tentang ilmu hadis beserta cabang-cabangnya. Sehingga degan demikian kita tahu keadan rowi tersebut apakah mereka rowi tiu dapat dipercya hadisdisnya atau tidak. Degan demikikan kajian terhadap rowi hadis adalah merupakan ilmu yang utama dalam mempelajari hadis agar kta dapat mengetahui tentang keadaan rowi kita perlu belajr tentang ilmu al-jarh wa ta’dil.

Selanjutnya